jpnn.com - Warga Desa Jayasari, Kecamatan Cimarga dan Desa Muara Dua, Kecamatan Cikulur, Lebak, banten, secara swadaya membangun jembatan darurat berbahan bamboo, dengan biaya patungan.
Pembangunan jembatan darurat itu dilakukan warga dua desa itu agar anak-anak mereka dapat bersekolah.
BACA JUGA: Istri Ditampar Suami dan Rebutan Warisan pun Lapor ke KPK
Utamanya, ratusan pelajar dari Desa Jayasari yang semuanya bersekolah di Desa Muara Dua yang sempat tidak tidak masuk sekolah lebih dari sepekan pascajembatan gantung yang menghubungkan kedua desa itu ambruk beberapa waktu lalu.
”Kami terpaksa bergotong royong membangun kembali jembatan darurat agar aktifitas warga kembali normal lagi. Selain agar anak-anak kami bisa sekolah, warga juga bisa beraktivitas agar perekonomian pulih seperti biasa, ” ungkap Dulmuin, warga Desa Jayasari kepada INDOPOS (Jawa Pos Group), Selasa (10/10).
BACA JUGA: Saat Markas Polres jadi Taman Bermain Anak-Anak Pessel
Apalagi, warga Desa Jayasari memenuhi kebutuhannya di Kecamatan Cikulur. ”Pasar adanya di wilayah Kecamatan Cikulur,” ujarnya lagi.
Dibangunnya kembali jembatan darurat secara swadaya oleh warga lantaran perahu karet dan rakit yang dijanjikan Pemkab Lebak melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat tidak kunjung datang.
BACA JUGA: Cerita Praka Nodi, Anak Petani Anggota Paspampres
Sedangkan warga Desa Jayasari untuk pergi ke pasar dan sekolah di Desa Muara Dua, Kecamatan Cikulur tidak berani melintasi aliran Sungai Ciujung bila arusnya deras.
”Kalau saat air sungai kecil, warga berani beramai-ramai menyeberang Sungai Ciujung. Kalau musim hujan airnya sangat deras,” ungkap Haerullah, tokoh masyarakat setempat.
Dia juga mengatakan, jika harus terus menunggu datangnya bantuan dari Pemkab Lebak yang hingga kini tidak juga diberikan, khawatir ratusan pelajar dari Desa Jayasari ketinggalan pelajaran.
”Mungkin orang dewasa masih bisa berenang untuk menyeberang. Namun, kalau anak anak kami khawatir terseret derasnya aliran Sungai Ciujung. Apalagi sekarang musim hujan,” paparnya juga.
Senada diungkapan H Rahmat, tokoh masyarakat Desa Muara Dua yang prihatin melihat nasib anak-anak sekolah warga Desa Jayasari yang harus bertarung nyawa untuk pergi ke sekolah.
”Sebenarnya sudah tidak pantas di era modern sekarang ini untuk pergi ke sekolah anak-anak harus bertarung nyawa mengarungi sungai. Apalagi, letak Kabupaten Lebak tidak begitu jauh dari Jakarta yang menjadi Ibu Kota Negara,” terangnya.
Sementara Iyas, kades Jayasari mengungkapkan jembatan gantung yang menghubungkan Desa Jayasari dan Desa Muara Dua ambruk akhir bulan lalu sudah berumur 21 tahun.
Sejak dibangun pada 1996 hingga 2017, belum pernah sekalipun jembatan gantung itu mendapatkan perawatan dari pemda setempat.
Padahal menurut kades, jembatan gantung itu itu sangat dibutuhkan warga, karena itulah akses satu satunya yang menghubungkan desa bertetangga di dua kecamatan tersebut.
”Ada sembilan kampung di Desa Jayasari. Setiap hari warga menggunakan jembatan gantung itu untuk pergi ke Pasar Muara Dua, termasuk anak-anak desa Jayasari bersekolah ke Kecamatan Cikulur,” terangnya.
Pihaknya bersama Kades Muara Dua sudah berulang kali mengajukan bantuan pembangunan jembatan gantung kepada Pemkab Lebak dan Pemprov Banten, namun hingga kini bantuan itu belum pernah terealisasi.
”Kami mohon kepada bapak Gubernur Banten dan Bupati Lebak untuk mengalokasikan dana pembangunan jembatan gantung di desa kami. Karena jembatan itu sangat vital buat warga,” cetusnya.
Seperti pernah dimuat INDOPOS, dampak ambruknya jembatan gantung yang menghubungkan Desa Jayasari dengan Desa Muara Dua membuat ratusan pelajar yang merupakan warga Desa Jayasar tidak bisa bersekolah.
Mendengar itu, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya meminta BPBD Lebak membantu para pelajar itu agar bisa bersekolah.
Kepala BPBD Lebak Kafrawi kepada INDOPOS sebelumnya menegaskan akan segera mengirimkan bantuan perahu karet dan rakit untuk membantu penyeberangan warga dan pelajar Desa Jayasari ke Desa Muara Dua dampak terputusnya jembatan gantung akhir September lalu tersebut. Tapi hingga kini, bantuan yang dijanjikan itu tidak pernah terealisasi.
Sedangkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Lebak, Wawan Kuswanto hingga kini belum memberikan pernyatan kapan jembatan gantung yang ambruk itu akan dibangun kembali.
Beberap kali hendak dikonfirmasi di kantornya, Wawan tidak bisa ditemui. ”Pak Kadis tidak bisa diganggu, sedang sibuk,” ungkap seorang staf Dinas PUPR Lebak. (yas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Hafal Pancasila, Rini Tepuk Lengan Presiden Jokowi
Redaktur & Reporter : Soetomo