Sekelompok warga Aborijin di Ujung Utara, Australia Barat telah menjadi kelompok warga pertama yang memberlakukan biaya masuk bagi penumpang kapal pesiar untuk mengunjungi situs wisata paling terkenal di dunia di pesisir Kimberly seperti air terjun dan gua dengan lukisan purba. Hal ini memicu keprihatinan kalangan operator wisata.
Biaya masuk tersebut dimulai oleh Wunambal Gaambera Aborigin Corporation (WGAC), dimana operator kapal pesiar dan kapal sewaan harus membayar biaya masuk sebesar $200 atau sebesar Rp2.110.000 untuk satu kali bersandar pada masa kunjungan wisata kali ini - yang memungkinkan para penumpang kapal pesiar melakukan kunjungan berkali-kali ke sejumlah lokasi wisata.
BACA JUGA: Pemerintah Australia Luncurkan Kampanye Baru Sikapi Pesan Anti Vaksinasi
Biaya masuk itu akan ditingkatkan menjadi $ 152  atau setara Rp1,6 juta  per pengunjung pada 2019. Biaya ini akan dibebankan di atas biaya yang dibebankan oleh operator pelayaran untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata ini. Ketua pengelola perusahaan masyarakat aborijin Wunambal Gaambera (WAGC), Catherine Goonack mengatakan uang masuk itu akan membantu kerja para penjaga kawasan (polisi hutan) dan pemilih lahan adat.
ABC News: Erin Parke
BACA JUGA: Artis Australia Dituduh Suap Pegawai Pemerintah Demi Dapatkan SIM
Rencana dari pihak pengelola tanah adat (WACG) juga memapengelolaan ini juga mencantumkan 50 situs yang dapat dikunjungi orang, bersama dengan orang lain yang terlarang karena sifat keramat mereka.
Masyarakat Orang-orang Wunambal Gaambera - pemilik tanah adat - mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk membuat orang-orang lokal lebih sering pergi ke tempat-tempat terpencil  [tempat lokasi wisata berada] untuk membantu menyapa para wisatawan, untuk mengambil sampah dan memastikan situs budaya mereka terlindungi.
BACA JUGA: Gerai Pizza Hut Harus Bayar Kekurangan Gaji Pegawainya Rp 200 Juta
"Jika Anda pergi ke negara orang lain, anda harus membayar, hgal yang sama juga kami berlakukan," kata ketua WGAC, Catherine Goonack.
"Ini terutama untuk mendukung penjaga hutan [Uunguu] dan membantu pemilik lahan tradisional mendatangi kawasan tanah adat mereka dan  melindungi kawasan tersebut... dan untuk menyambut turis juga, jadi mereka dapat melihat penjaga hutan membicarakan tentang wilayah adat dan tempat dimana  mereka berada."
Industri penyewaan kapal dan kapal pesiar telah banyak berkembang di Kimberley dalam beberapa tahun terakhir, dimana wisatawan internasional dari seluruh dunia membayar ribuan dolar untuk melihat sejumlah lokasi wisata di pesisir yang spektakuler yang tidak dapat diakses melalui jalan darat.
Ada kekhawatiran dikalangan kelompok penutur asli di wilayah ini tentang dampak lalu lintas pejalan kaki yang berkembang, dengan bukti terjadinya kerusakan pada lukisan batu purba, gambar yang terkelupas dan orang-orang meninggalkan kaleng bir di pantai yang terpencil. Masyarakat Aborijin Wunambal Gaambera memegang hak adat atas kawasan pedalaman di ujung utara Kimberley, Negara Bagian Australia Barat (WA).
Supplied: WAGC
Ada juga rasa frustrasi bahwa industri pariwisata pesisir yang menguntungkan - senilai sekitar $ 15 juta per tahun - tidak tersalurkan dalam bentuk pekerjaan dan pendapatan bagi pemilik tanah adat yang diakui secara sah.
Menteri Urusan Aborigin Federal, Nigel Scullion mengatakan bahwa tindakan untuk membebankan biaya masuk kepada para pengunjung merupakan langkah positif.
"Jika itu adalah tanah milik warga Aborigin, maka anda perlu izin untuk tinggal di tanah warga Aborigin, sesederhana itu," kata Scullion.
"Jika perusahaan pelayaran ingin mengakses peluang budaya fantastis yang ingin dilihat turis mereka, maka mereka harus sampai pada kesepakatan yang dinegosiasikan.
"Saya tidak melihat [bagaimana] hal semacam itu dianggap suatu yang berlebihanâ.Biaya terlalu mahal
Tapi tidak semua orang sepenuhnya gembira dengan pengaturan ini. Sistem uang masuk akan berdampak pada wisatawan mengunjungi tempat wisata air terun Mitchell yang spektakuler yang terletak di tanah adat masyarakat Aborijin Wunambal Gambeera di Kimberley, Australia Barat.
AAP: Tony Bartlett
Presiden Asosiasi Pariwisata Laut Kimberley (KMTA),  Chad Avenell mengatakan meski pada prinsipnya  perusahaan pelayaran lokal mendukung langkah tersebut, namun mereka menilai biaya masuk yang diberlakukan terlalu tinggi - dan hal itu berpotensi menempatkan perusahaan penyewaan kapal berskala kecil akan gulung tikar.
"Anggota yang saya wakili umumnya menilai bahwa ini adalah ide yang fantastis," katanya.
"Kami hanya berharap biaya masuk yang diberlakukan jumlahnya wajar, jadi biaya masuknya masih dalam skala yang terjangkau oleh seluruh kapal pesiar dan operator tur di Kimberley dan mampu memenuhi pembayaran mereka."
Ada juga kekhawatiran tentang prospek berlakunya sistem biaya masuk ganda pada tahun-tahun mendatang, yang mengharuskan perusahaan dan wisatawan melakukan pembayaran biaya masuk ke enam kelompok penutur asli di sepanjang pantai Kimberley. Papan pengumuman didirikan yang memberitahukan para pelancong kalau mereka harus memiliki izin resmi untuk memasuki kawasan wisata.
Supplied: Russell Ord
"Kegiatan pariwisata, termasuk pendapatan dari para wisatawan dari biaya masuk pengunjung, harus menjadi bagian penting dari partisipasi ekonomi yang berkelanjutan dari masyarakat Aborijin," kata Menteri Kehakiman Aborijin, Ben Wyatt dalam sebuah pernyataan.
"Namun, kemungkinan penerapan sistem yang terpisah, terlebih lagi kurangnya kejelasan bagi para operator dan potensi penetapan harga yang berlebihan, dapat menghambat pertumbuhan industri pariwisata ini.
"Ini bisa merugikan orang Aborigin, industri pariwisata dan pengunjung di negara kita."
 KMTA mengatakan bahwa mereka lebih memilih orang-orang dikenai biaya masuk per orang per kunjungan yang tidak terlalu mahal - serupa dengan yang dikenakan di taman nasional - yang kemudian dapat didistribusikan ke semua kelompok penutur asli di seluruh pesisir Kimberley.
WAGC juga berencana untuk memperkenalkan sistem perizinan berbasis lahan di tahun-tahun mendatang, yang melibatkan biaya bagi orang-orang yang ingin mengunjungi situs-situs seperti air terjun, Â Mitchell Falls melalui jalan darat.
Masyarakat Aborijin Wunambal Gaambera mengatakan bahwa pihaknya ingin berkoordinasi dengan kelompok pemilik tanah adat tetangga mereka untuk [membahas] pemberlakuan biaya masuk  yang terkoordinasi, namun mereka tidak mau menunda untuk menggunakan hak adat mereka.
"Orang tua menyuruh kami merawat tanah adat kami dan itulah yang ingin kami lakukan, karena ini adalah tempat yang istimewa," kata Goonack.
"Pemandangan yang indah dan semua orang disambut dengan tangan terbuka di tanah ada kita." Mereka yang bertanggung jawab atas pemungutan biaya masuk di kawasan wisata di tanah adat Wunambal Gaambera mengaku mereka hanya berusaha untuk menjaha kawasan tanah adat mereka.
Supplied: Russell Ord
Diterjemahkan pada 13/8/2017 oleh Iffah Nur Arifah dari artikel Bahasa Inggris disini.
Lihat Artikelnya di Australia Plus
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beberapa Warga Australia Boikot Plebisit Pernikahan Sesama Jenis