Bukan itu saja, aksi terakhir pengambilalihan sebuah klinik di Sar Hawza, Provinsi Paktika, daerah perbatasan dengan Pakistan yang juga dikenal paling rawan dengan kekacauan yang melibatkan Taliban, makin memperkuat perkiraan mereka
BACA JUGA: Muslim Malaysia Dilarang Nonton Black Eyed Peas
Pihak Amnesty International juga memandang bahwa intensitas ketegangan memuncak belakangan terutama menjelang dan pasca pemilihan presiden Afghanistan bulan ini - yang prosesnya masih belum selesai."Dengan hasil pemungutan suara yang masih tak begitu jelas, bahaya dan ketidakamanan yang mengancam jutaan warga Afghanistan terus berlanjut, bahkan menjadi beresiko lebih tinggi daripada sebelunya," ungkap Sam Zarifi, Direktur Amnesty International untuk Asia-Pasifik, seperti dikutip AFP.
"Kelompok-kelompok anti-pemerintah, termasuk kaum Taliban, telah menunjukkan upaya sistematis dalam mengancam keamanan warga sipil, dengan sengaja menargetkan orang-orang yang ingin menentukan masa depannya lewat surat suara dan bukannya peluru," tambah Zarifi.
"Pemerintah Afghanistan bersama pendukung internasionalnya telah melakukan banyak hal demi melindungi warga setempat dari ancaman tersebut selama masa pemilihan, namun mereka (pemerintah Afghanistan, Red) perlu menunjukkan bahwa mereka juga mengikuti aturan dan akan segera menyelidiki, serta bila perlu menghukum, setiap pelanggaran dalam aturan perang maupun pelanggaran HAM," tuturnya lagi.
Dalam kejadian terakhir yang melibatkan penyanderaan sebuah lokasi klinik itu sendiri, terjadi baku tembak yang melibatkan sekelompok milisi Taliban dengan pasukan pemerintah yang dibantu sebuah helikopter AS
BACA JUGA: Pembajak Somalia Tembaki Heli US Navy
Kejadian itu disetbutkan pula telah melumpuhkan distrik tersebut, dengan korban tewas dilaporkan satu orang serdadu dari pihak AS dan 12 orang TalibanBACA JUGA: Nessie Terlihat di Google Earth?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Khomeini: Para Tokoh Penentang Bukanlah Agen
Redaktur : Tim Redaksi