jpnn.com - BATANG - Bupati Batang, Jateng, Yoyok Riyo Sudibyo mengatakan, warga masyarakat pemilik lahan di lokasi proyek PLTU Batang dan warga Batang mendukung keputusan pemerintah untuk melanjutkan dan mempercepat pembangunan PLTU Batang.
Masyarakat Batang juga memahami dan akan mengikuti langkah PLN dan lembaga pemerintah lainnya yang akan menggunakan UU no 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
BACA JUGA: 10 Bulan, Kemenhub Baru Sertifikasi 2.160 Sarana Perkeretaapian
"Keputusan pemerintah untuk melanjutkan proyek PLTU Batang memiliki arti penting bagi Kabupaten Batang. Proyek ini akan bisa mendorong dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi wilayah ini. Karena itu pemerintah bersama elemen masyarakat Batang akan membantu dan mendukung realisasi proyek PLTU ini," jelas Yoyok Riyo Sudibyo di acara sosialisasi penerapan UU No. 2 Tahun 2012 dalam proses pembebasan sisa lahan proyek PLTU Batang di Pendopo Kabupaten Batang, Rabu (12/11).
Sosialisasi ini melibatkan tim dari PLN, Pemerintah Propinsi Jateng dan BPN Jateng. Dalam forum ini PLN sebagai pihak yang diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk menyelesaikan pembebasan lahan PLTU, memberikan penjelasan mengenai prosedur dan tata cara pembebasan lahan serta konsekuensi hukum dari UU No 2 tahun 2012 tersebut.
BACA JUGA: Terminal Teluk Lamong Resmi Berstatus Komersial
Sesuai UU tersebut, PLN dapat memaksa pemilik lahan untuk menyerahkan tanahnya bagi pembangunan proyek PLTU. Seandainya masyarakat belum menerima tawaran penggantian harga tanah, hal itu tidak akan menghentikan pembangunan proyek. Selanjutnya penyelesaiannya akan dilakukan melalui pengadilan.
"Nanti BPN akan menghitung kepastian luas lahannya bersama dengan pemilik lahan. Setelah itu penentuan harga akan dilakukan oleh tim appraisal independent, sehingga harganya menjadi fair dan adil," jelas Irwanto dari BPN Jawa Tengah.
BACA JUGA: Tertibkan Perusahaan Investor Bodong
General Manager PLN Jateng-DIY, Djoko R. Abumanan menambahkan, pembangunan PLTU Batang bukan untuk kepentingan PLN, melainkan masyarakat dan ekonomi Indonesia. Dengan adanya pasokan listrik dari Batang maka ekonomi akan berkembang, membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Proyek ini untuk kepentingan masyarakat Batang sendiri. Kami ingin bersama-sama masyarakat Batang dapat segera membangun PLTU ini demi kepentingan masyarakat," ujarnya.
Saat ini dari total lahan PLTU sebanyak 226 hektar, masih ada sekitar 13% lahan yang belum dibebaskan. Proyek PLTU Batang memiliki kapasitas 2 x 1000 MW ini menelan biaya investasi hingga US$4 miliar atau hampir Rp48 triliun dan merupakan PLTU terbesar di ASEAN.
Samsudin, perwakilan warga mengatakan, sesungguhnya masyarakat Batang sangat berharap agar pembangunan PLTU agar segera dimulai agar dapat membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi di sekitarnya berjalan lebih positif.
"Bagi pemilik lahan, selama proyek ini untuk kepentingan umum dan penentuan harganya adil, warga akan selalu mendukung," kata Syamsudin.
Karnadi, salah satu pemilik lahan yang juga ikut dalam sosialisasi pembebasan lahan PLTU menambahkan, masyarakat Batang memahami bahwa proyek ini sangat penting bagi kabupaten Batang. Karena itu dengan penerapan UU No. 2, untuk membebaskan sisa lahan PLTU, akan memberikan kepastian bahwa proyek ini akan benar-benar terwujud.
"Kami melihat proyek PLTU ini memiliki dampak yang besar dan positif bagi ekonomi di Batang. Karena itu kepastian dari pemerintah untuk melanjutkan proyek ini sangat melegakan. Kami yakin dengan sifat masyarakat Batang, langkah PLN akan mendapatkan dukungan luas, yang penting dilakukan secara transparan dan adil ," jelasnya.
Proses sosialisasi pembebasan tanah PLTU Batang akan dilanjutkan kepada pemilik lahan. Kegiatan tersebut akan melibatkan Pemkab Batang, Pemprov Jateng dan PLN. Diharapkan melalui sosialisasi yang simultan, masyarakat akan semakin memahami peran dan dampak penting pembangunan PLTU Batang bagi upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Sebelumnya sejumlah elemen masyarakat dari berbagai latarbelakang seperti gabungan kelompok tani (Gapoktan), Kelompok Nelayan, Kelompok Pemuda dan Perwakilan para kepala desa di wilayah proyek PLTU melakukan doa bersama dan mendeklarasikan Hari Tani PLTU Batang.
Kegiatan yang diikuti oleh ribuan warga dari desa-desa yang akan terkena dampak pembangunan PLTU Batang ini, merupakan inisiatif warga guna mendorong terwujudnya proyek pembangkit listrik berkapasitas hingga 2.000 MW itu.
Ketua Gapoktan Desa Ponowaren Marpu menjelaskan, kekhawatiran bahwa proyek PLTU Batang akan mengurangi lahan pertanian tidak beralasan. Pasalnya pembangunan bendungan Kedung Pingit di sekitar wilayah itu telah menciptakan lahan pertanian baru. Sebagai contoh di desa Ponowareng akan ada tambahan sawah seluas 74 hektar (ha), desa Kenconorejo sekitar 300 ha dan Kedungsegog sekitar 400 ha.
"Areal sawah produktif yang terkena dampak PLTU hanya sekitar 23 ha. Jumlah itu tidak akan mengurangi produktifitas hasil pertanian karena ada pencetakan sawah baru hingga ratusan hektar berkat bendungan pingit," jelas Marpu di Batang. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gaikindo Dukung Harga BBM Dinaikkan
Redaktur : Tim Redaksi