Warga Korut Diajarkan Mencintai Nuklir Sejak Dini

Selasa, 26 September 2017 – 10:54 WIB
Salah satu misil Korea Utara. Foto: reuters/kcna

jpnn.com, PYONGYANG - Sangat mudah menemukan logo atom di Pyongyang, Korea Utara (Korut). Gambar tersebut bisa dijumpai di tiang lampu, prangko, bagian depan gedung-gedung, dan di bagian atas tower apartemen yang khusus dibangun untuk ilmuwan nuklir.

Bentuk menyerupai roket atau misil juga jamak dijumpai di kehidupan sehari-hari warga. Mulai di makanan untuk anak-anak hingga kue tar dengan bentuk misil yang siap meluncur.

BACA JUGA: Korut dan Venezuela Masuk Daftar Travel Ban AS

Pemerintah Korut seakan mengindoktrinasi warganya untuk sangat percaya diri dengan senjata nuklir yang mereka miliki. Begitu juga pengondisian mental bahwa mereka siap berperang dengan musuh besar, yakni AS.

Hal itu terungkap saat jurnalis The Wall Street Journal (WSJ) berkunjung ke Pyongyang pada 14–19 September. Itu adalah kunjungan pertama WSJ sejak 2008. Mereka datang karena diundang secara langsung oleh pemerintah Korut.

BACA JUGA: Korut: Perang Tak Bisa Dihindarkan

”Kami akan mencapai kemenangan akhir melawan AS. Saya harap mereka meluncurkan 20 atau 30 misil per hari,” ujar salah seorang bartender setelah melihat siaran televisi tentang uji coba misil Korut yang berhasil melewati Hokkaido, Jepang. Uji coba itu dilakukan Jumat (15/9) alias pada hari kedua kunjungan WSJ ke Pyongyang.

Dalam berbagai kesempatan, pejabat pemerintah yang mendampingi menegaskan bahwa apa pun yang terjadi, Korut tidak akan melepaskan program senjata nuklirnya.

BACA JUGA: Korut Siapkan Ledakan Termonuklir Terbesar di Pasifik

Bahkan jika risikonya adalah sanksi ekonomi dan risiko perang dengan AS. Korut tak ingin berdialog. Meski dunia mengecam Korut, tapi di dalam negeri, mereka dielu-elukan.

Sekilas, penduduk Pyongyang tampak normal. Mereka memiliki telepon seluler buatan dalam negeri. Anak-anak tampak asyik bermain game di telepon tersebut.

Tidak ada antrean di tempat pengisian bahan bakar setelah sanksi baru yang dijatuhkan PBB. Padahal, Presiden AS Donald Trump pernah mencuit bahwa sanksi berupa pembatasan penjualan minyak ke Korut itu bisa menyebabkan antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar.

”Korut bisa bergantung pada negara penghasil minyak yang menjadi sekutu mereka,” ujar Ri Gi-song, ekonom di Academy of Social Sciences, Korut. Contohnya Venezuela dan Iran.
Dengan kata lain, Pyongyang masih bisa menyiasati sanksi tersebut dan tetap mengembangkan program persenjataannya. (WSJ/TheAustralian/sha/c10/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tebar Ancaman Lagi, Kim Jong un Sebut Trump Sakit Jiwa


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler