Akibat aksi warga di bandara Nunukan, dua kaca pintu utama bandara pecah berantakan, dua gerobak angkutan barang serta tangga untuk naik ke pesawat hangus dibakar.
Koordinator aksi massa ini, Robben Buas mengatakan, aksi ini dipicu kejengkelan warga Kecamatan Krayan karena tak kunjung selesainya permasalahan layanan transportasi dari ibukota kabupaten Nunukan ke Kecamatan Krayan.
“Kami (warga Krayan) merasa dipermainkan dengan janji-janji kelancaran transportasi ke Krayan
BACA JUGA: Ratusan Rumah Jadi Abu di Medan
Buktinya warga kami ada yang terpaksa bertahan di Nunukan karena tidak bisa pulang,” kata Robben.Bukan hanya soal tidak bisa pulang, dikatakan Robben, tidak lancarnya transportasi udara mengakibatkan kesengsaraan warga Krayan, karena harga barang-barang kebutuhan masyarakat Krayan, utamanya sembako menjadi melambung tinggi
Apalagi kata Robben, pihak perusahaan penerbangan yang selama ini menjadi rekanan Pemkab Nunukan untuk program subsidi angkutan penumpang dan barang, yakni Dirgantara Air Service (DAS) terkesan semaunya menentukan jadwal layanan penerbangan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya kepada masyarakat
BACA JUGA: Wan Boleh Mutasikan Eselon IV
“Bagaimana tidak kesalDikatakannya, saat melakukan demo di pemkab beberapa waktu lalu, penerbangan ke Krayan sementara waktu normal
BACA JUGA: Puluhan Juta Pajak Ekspor Terselamatkan
Tapi kelancaran itu hanya berlangsung 9 kali penerbanganSetelah itu tidak ada kabar lagi.”Kami minta kepada pemkab untuk menunjuk rekanan perusahaan penerbangan dalam program subsidi ini, benar-benar perusahaan penerbangan yang memiliki pesawatDan tentu lebih aman,” pintanya.Sementara itu di Krayan, terkait dengan permasalahan ini, warga juga melakukan aksi penyanderaan pesawatCamat Krayan, Serfianus membenarkan aksi massa warga Krayan itu disebabkan persoalan transportasi tak kunjung membaik"Sudah 7 bulan ini, penerbangan di Long Bawan stagnanKalau pun ada, tidak rutin," sebut Camat Krayan Serfianus.
Kecamatan Krayan memang termasuk daerah yang hanya bisa diakses melalui transportasi udara, karena belum ada transportasi darat yang memadaiItu sebabnya, warga sangat bergantung pada kelancaran pesawat perintisBila tidak, harga-harga kebutuhan pokok dijamin melambung
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama PT DAS Ramly Effendi Siregar mengakui jika penerbangan ke pedalaman belakangan tersendat akibat kondisi keuangan
"Kami sudah menjalani kerja sama penerbangan bersubsidi dengan Pemkab Nunukan cukup lamaTapi ketika itu, pembayarannya kadang 8 bulan baru cairSejak 2006, ketika pembelian bahan bakar harus langsung dibayar tunai, kami juga kesulitan keuangan," imbuhnya
Sejak itu DAS terbang harus dibayar tunai, tidak bisa piutang"Ketika kami tidak boleh terbang oleh pemerintah pada 2007 lalu, kami pun kesulitan biaya, sehingga berharap, habis terbang langsung dibayar untuk menanggulangi bahan bakar," ulasnya
"Masyarakat di pedalaman tentu tidak tahu dengan urusan ituPadahal, untuk membeli bahan bakar Avgas, harganya sudah Rp 7,5 juta per drum," imbuhnya
Saat ini, DAS memiliki piutang dengan Pemkab Nunukan Rp 400 juta, dan hingga kini belum ada tanda-tanda bisa segera terbayarPadahal, untuk 2008 ini, kontrak kerja sama Pemkab Nunukan dengan DAS untuk rute Tarakan – Nunukan - Long Bawan, nilainya Rp 3 miliar"Tapi baru teralisasi Rp 400 juta, itu pun belum dibayar," imbuhnya(ade/eff)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Manfaatkan Oknum dan Pelabuhan Besar
Redaktur : Tim Redaksi