Pengangkatan politisi kelahiran Malaysia Penny Wong menjadi menteri luar negeri dan terpilihnya mantan polisi Sam Lim di Australia Barat menjadi anggota parlemen disambut gegap gempita oleh media dan netizen Malaysia.

Namun juga menimbulkan lagi perdebatan mengenai 'brain drain' (pelarian modal manusia), istilah untuk menyebut pindahnya tenaga terampil dari satu negara ke negara lain.

BACA JUGA: Anthony Albanese Menjadi Perdana Menteri Australia Pertama yang Kunjungi Makassar

Debat ini di Malaysia disebabkan karena mereka yang pindah tersebut kebanyakan berasal dari etnis minoritas seperti keturunan Tiongkok dan India, hal yang sudah lama terjadi dan mempengaruhi perekonomian di sana.

Anggota parlemen Malaysia Charles Santiago ketika memberi ucapan selamat kepada Sam Lim mengatakan bahwa Australia 'mendapat manfaat dari pindahnya 'brain drain' dari Malaysia.

BACA JUGA: Forum Negara-negara Pasifik Terancam Pecah, Australia Turun Tangan Membantu

Senator Wong yang sudah lama menjadi politisi kuat di jajaran Partai Buruh Australia baru saja diangkat menjadi Menteri Luar negeri, sehingga menjadi politisi kelahiran Malaysia pertama yang menjadi menteri luar negeri di Australia.

Harian Malaysia The Star mewawancarai saudara laki-laki Penny Wong, James yang masih tinggal di negara bagian Sabah, dan menggambarkan kakak perempuannya sebagai seseorang yang 'baik dan penuh perhatian".

BACA JUGA: Indonesia Masters 2022: Beringas! Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto Ganyang Malaysia

"Apa yang dialami oleh Penny bisa menjadi inspirasi bagi warga asal Sabah lainnya," kata James Wong.

"Lihatlah munculnya seorang perempuan sederhana asal Sabah di politik Australia , ini berarti bahwa warga Sabah memiliki potensi untuk berhasil dan kita tidak perlu merendahkan diri kita sendiri."

Sementara itu Sam Lim ketika pertama kali berbicara dengan media setelah menang dalam pemungutan suara, Sam Lim bercerita bahwa dia tumbuh dari keluarga yang 'sangat miskin' di Malaysia dengan rumah yang bocor ketika hujan dan tidak memiliki listrik.

James Chin professor studi asia di  University of Tasmania mengatakan warga Malaysia kebanyakan menyambut baik berita ini.

"Pada umumnya komentar yang muncul bernada bahwa "baguslah bahwa warga Malaysia atau eks Malaysia ini, mereka sudah berhasil di negeri orang," katanya.

Sam Lim mengatakan kepada media Free Malaysia Today di tahun 2020, bahwa karena gaji yang rendah sebagai polisi di Malaysia, dia tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Professor Chin mengatakan pindahya Sam Lim ke Australia di tahu 2002 adalah 'contoh umum' mengenai pindahnya banyak warga kelas menengah Malaysia ke luar negeri.

"Tempat yang biasa dituju adalah Singapura dan Australia karena keduanya dekat, dan juga sudah ada komunitas asal Malaysia yang terbentuk," katanya.

 

"Perth hanya berjarak sekitar lima jam. Kita bisa naik pesawat tengah malam dari Kuala Lumpur dan tiba sekitar jam 5 pagi esoknya."

"Perth memiliki komunitas Malaysia yang besar dan juga dalam zona waktu yang sama." 'Kebijakan mementingkan Bumiputra'

Walau tidak ada statistik yang jelas tersedia secara terbuka ribuan warga Malaysia dilaporkan meninggalkan status warga negara Malaysia setiap tahunnya ketika mereka menjadi warga negara lain karena Malaysia tidak mengaku dwi kewarganegaraan.

Di tahun 2016, menteri dalam negeri Malaysia ketika itu Ahmad Zahid Hamidi mengatakan kepada parlemen bahwa 56.576 orang sudah menanggalkan kewarganegaraan Malaysia selama 10 tahun terakhir.

Dia mengatakan dari jumlah itu, 90 persen di antara mereka berasal dari etnis Tiongkok.

Kelompok minoritas sudah lama mengeluhkan adanya diskriminasi di Malaysia,

Konstitusi Malaysia memiliki satu pasal yang 'menjaga kedudukan istimewa Melayu', etnis terbanyak di sana.

Seperti disebutkan dalam catatan di situs Departemen Dalam Negeri Australia 'Di akhir tahun 1960-an, pemerintah Malaysia menerapkan kebijakan yang lebih mementingkan warga bumiputra.'

"Kebijakan ini ditambah dengan faktor lain seperti kerusuhan etnis dan kondisi sosial politik yang tidak menguntungkan memberikan dampak negatif terhadap warga etnis Tiongkok dan etnis minoritas lainnya."

"Banyak warga Malaysia dari latar belakang Tiongkok meninggalkan negeri itu selama masa tersebut pindah ke Australia dan negara-negara lain," tulis pernyataan tersebut dan menambahkan warga kelahiran Malaysia di Australia naik dua kali lipat dalam sensus di tahun 1986 dan 199.

Meski kebijakan itu dimaksudkan bersifat sementara dan dibuat untuk membantu warga Melayu yang banyak menderita ketika dijajah Inggris, kebijakan tersebut terus berlanjut sampai sekarang.

Kebijakan itu antara lain seperti pemberian mahasiswa lebih banyak kepada warga Melayu untuk belajar di universitas dan juga untuk menjadi pegawai negeri dan membeli lahan.

Karenanya migrasi keluar dari Malaysia di kalangan warga minoritas terus berlanjut.

Laporan Bank Dunia di tahun 2011 mengatakan 'brain drain' ini sangat banyak terjadi dan besar kemungkinan terus berlanjut sehingga menyebabkan kurangnya tenaga terampil di Malaysia dan membuat negeri itu mengalami kesulitan menjadi negara dengan penghasilan tinggi.

Bulan lalu, di negara bagian Johor, kawasan di mana Sam Lim dibesarkan, pemerintah setempat membentuk gugus tugas dengan fokus mencegah pindahnya warga ke negeri tetangga Singapura.

Sementara itu komunitas warga Malaysia di Australia terus bertumbuh. Australia memberikan kesempatan lebih banyak bagi warga asal Malaysia

Menurut perkiraan Biro Statistik Australia sekarang ini ada 172 ribu warga kelahiran Malaysia di tahun 2021, baik dari 134 ribu orang di tahun 2011.

Warga asal Malaysia berada di peringkat kedelapan dari populasi warga Australia yang lahir di luar negeri di atas Italia, Yunani dan Lebanon.

"Banyak dari kalangan kelas menengah sepertinya tidak lagi mempedulikan Malaysia, di tengah kemelut politik di sana selama beberapa tahun terakhir," kata Professor Chin.

Menurutnya ada 'sikap rasisme yang sudah mengakar" dan juga kurangnya kesempatan berdasarkan keterampilan seseorang di Malaysia, di mana mereka yang memiliki koneksi pribadi saja yang bisa berhasil di sana.

Namun menurut laporan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia di tahun 2021 mengenai Malaysia disimpulkan bahwa pejabat Australia hanya melihat adanya 'tingkat diskriminasi yang rendah dari pemerintahan terhadap warga Tiongkok dan India di Malaysia.'

"Bagi warga yang berasal dari etnis Tiongkok dan India kesempatan untuk menjadi pegawai negeri hampir tidak ada," kata Professor Chin.

Manveen Maan warga etnis India asal Malaysia yang sekarang tinggal di Melbourne setuju dengan pendapat tersebut.

Manveen yang bekerja sebagai  penasehat pemerintah di bidang komunikasi mengatakan dia lebih memilih untuk bekerja bagi pemerintahannya sendiri di Malaysia namun kesan yang muncul pada umumnya adalah posisi tersebut lebih diperuntukkan bagi warga Melayu.

"Pandangan umum adalah kamu tidak akan bisa mendapat kerjaan itu, untuk apa mencoba. Masuk saja mungkin tidak bisa," katanya.

"Ironi terbesar adalah bahwa saya ke Australia, saya malah belum menjadi warga negara, namun saya bekerja di pemerintahan di sini."

"Realitasnya adalah bahwa kita bisa ke Australia, bisa berasal dari etnis minoritas, perempuan, dan kita bisa diangkat menjadi wakil di kota praja lokal atau menjadi anggota parlemen.

"Kesempatan seperti ini yang ada di Australia sekarang sudah tidak tersedia lagi di Malaysia.'

ABC sudah berusaha mendapatkan komentar dari Departemen Luar Negeri Malaysia.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penampakan Tumpukan 31 Kilogram Sabu-Sabu Asal Malaysia

Berita Terkait