jpnn.com - MERAUKE - Keinginan warga Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan memiliki lahan pertanian padi akhirnya terpenuhi.
Kementerian Pertanian telah mencetak lahan sawah baru di wilayah itu dengan luas 1.000 hektare.
BACA JUGA: Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Kementan Pacu Cetak Sawah di Kalteng
Ketua adat dari salah satu marga di Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke Albertus Mahuse mengatakan, warganya sudah mengajukan dari lima tahun lalu, agar lahan mereka bermanfaat, dan baru bisa dibantu pemerintah saat ini dengan dibukakan lahan seluas 1.000 ha yang terbagi di tiga titik.
"Kami sepakat untuk membuka lahan persawahan. Yang siap dibuka ada 1.000 ha dan yang sekarang ada 200 ha kemudian 700 ha ada di belakang yang sementara sudah dikerjakan dan 100 ha nya di sini, di pertengahan," ujar Albertus.
BACA JUGA: Dalam 4 Tahun, Kementan Cetak Sawah Baru 224.977 Hektare
Dia mengaku, nanti lahan sawah baru ini sementara akan dikerjakan sendiri oleh masyarakat setempat. Namun, mengingat luasannya besar, juga ada kemungkinan akan disewakan.
"Ya, itu pun sudah ada kesepakatan. Nanti lahan 200 ha ini masyarakat sudah bekerja. Kalau sudah tidak mampu lagi dengan persawahan yang lain, bisa dimasukkan sewa. Nanti ada orang yang bantu," ujarnya.
BACA JUGA: Ngobras Kementan: Penggunaan Varietas Unggul Meningkatkan Produktivitas
Albertus menambahkan, pihaknya juga sudah mengumpulkan alat mesin pertanian (alsintan) seperti combine harvester, transplanter, traktor dan pompa air.
"Kami akan mengusulkan kepada Pak Menteri besok alat excavator, semua. Sudah dibantu sementara dan nanti kami akan bekerja dan akan meminta pertolongan kepada pemerintah alat-alat pengolahan; jonder, traktor, pompa air, termasuk benih. Ya combine juga," tuturnya.
Albertus menyadari bahwa warga Merauke tergolong masih kurang mahir dalam pertanian. Sehingga, dia berharap dari Kementan terus memberikan pendampingan dalam mengelola lahan sawah baru ini.
"Termasuk besok kami juga akan minta pemerintah tetap membantu dan membina kami, jangan hanya sebatas dikerjakan kemudian dilepas. Kami akan minta tetap ada pendampingan, ada pelatihan," tuturnya.
Dia mengungkapkan, warga Distrik Kurik memang sudah punya komitmen yang tinggi untuk ada persawahan. Tujuannya untuk menunjang kebutuhan hidup masyarakat, baik di bidang keuangan dan ekonomi.
"Itu yang kami butuhkan. Kalau yang lain-lain, kami masih membelakangkan semuanya. Kesejahteraan hidup bagi masyarakat yang ada di Kampung Kaliki ini, itu yang kami butuhkan," ujarnya.
Sebelum dibukanya lahan sawah baru ini, warga sudah melakukan upacara adat. Ritual ini tujuannya agar karyawan yang kerja bahkan alat-alat yang ada lancar, aman. Alhasil, di saat mulai bekerja, sampai saat ini tidak ada hambatan yang mereka alami.
"Sebelumnya kami mohon pamit kepada leluhur yang menempati lebih awal sebelum kami sehingga kami buat suatu upacara adat supaya mereka bisa merestui. Setelah kami buat ritual itu, besoknya mereka mulai bekerja sampai saat ini tidak ada hambatan," ujar Albertus.
Diketahui, piloting kegiatan cetak sawah di kampung Kaliki ini dilakukan di lahan milik lima marga, yakni Mahuze, Kaize, Balagaize, Ndiken, dan Gabze.
"Jadi, di sini kami sudah sepakat membuat persawahan di sini. Beberapa marga sudah sepakat sehingga kami siap untuk membuat persawahan di lahan ini," katanya.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan saat ini pihaknya tengah membangun sarana dan prasarana pertanian seperti infrastruktur irigasi dan juga akses jalan menuju persawahan. Dia meyakini, dengan pembangunan ini kecukupan pangan bagi generasi mendatang dapat terpenuhi dengan baik.
"Kenapa harus ada cetak sawah? Tiap tahun ada pertambahan penduduk 3,5 juta. Selama sepuluh tahun artinya pertambahan 35 juta. Iya kan? Nah ini yang harus dipersiapkan pangannya, setiap kelahiran ini harus disiapkan pangannya untuk Indonesia, sehingga, kita harus cetak sawah untuk penyediaan lahan pertanian baru," katanya. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan