jpnn.com - SURABAYA – Menjelang penutupan lokalisasi Dolly, semakin banyak dukungan dan bantuan dari kelompok masyarakat. Warga memberikan bantuan modal untuk warga yang selama ini menggantungkan hidup di sekitar lokalisasi. Bantuan itu diserahkan kepada sedikitnya 79 warga di rumah dinas Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini Senin (9/6).
Bantuan yang berasal dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Yayasan Dana Sosial Al Falah itu dirupakan aneka macam. Mulai uang, rombong berjualan, mesin cuci, hingga sepeda beserta keranjang belanjaan. Harapannya, warga yang biasa menggantungkan hidup dari lokalisasi bisa alih profesi.
BACA JUGA: KA Sukabumi-Bogor Disebut tak Dongkrak Investasi
Salah seorang warga yang menerima bantuan itu adalah Warni, 51. Perempuan yang tinggal di Putat Jaya tersebut mengaku sudah sepuluh tahun menjadi buruh cuci. Dia mencuci pakaian milik 17 pekerja seks komersial dan mucikari. Tiap orang dikenai tarif Rp 125 ribu per bulan. ”Sebulan bisa dapat Rp 1,5 juta. Soalnya, ada yang utang juga,” ungkap ibu dua anak itu.
Dia mendukung penuh penutupan yang digelorakan Pemkot Surabaya dan mayoritas warga Kota Pahlawan itu. Dia pun tidak bergantung lagi pada dunia prostitusi dan ingin pindah profesi menjadi tukang sayur keliling. ”Saya punya pengalaman buka warung giras,” ungkapnya.
BACA JUGA: KPK Geledah Rumah Eks Wako dan Saepul Jamil
Keinginan untuk terlepas dari ketergantungan pada bisnis prostitusi juga diungkapkan AD, 37. Pria asli Putat Jaya itu mengaku selama ini mengais rupiah dari kerja sebagai marketing untuk wisma di lokalisasi Dolly. Penghasilan yang dia dapat tidak tentu selama 10 tahun. Bergantung ramai atau tidaknya pengunjung. ”Saya ingin cari kerja yang lain saja. Tidak mau bergantung terus,” ungkapnya.
Bantuan yang diterima AD adalah uang tunai Rp 4 juta. Dana itu akan dijadikan modal untuk beternak burung kenari. Sebelumnya dia memang merintis bisnis tersebut. ”Ya, ingin dikembangkan jadi lebih gede lagi,” ujarnya.
BACA JUGA: Pasien Leukemia di RSUD dr Soetomo yang Kian Banyak dan Muda
Menurut dia, cukup banyak warga asli Putat Jaya yang tidak ingin lagi bergantung pada lokalisasi itu. Mereka sangat mendukung program pemerintah kota yang ingin merevitalisasi sentra prostitusi tersebut menjadi lebih baik lagi.
Wali Kota Tri Rismaharini mengungkapkan, cukup banyak warga yang telah menawarkan rumah atau wismanya kepada pemkot agar segera dibeli. Pemkot pun memiliki anggaran cukup besar untuk membelinya. ”Masih dihitung sekarang. Kalau nanti yang dibeli itu cukup luas, akan dijadikan taman kota,” ungkap Risma.
Dia menegaskan bahwa rencana penutupan pada 18 Juni tetap terlaksana. Uang kompensasi untuk mucikari dan PSK akan cair sebelum tanggal itu. Bahkan, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri dijadwalkan hadir pada penutupan tersebut.
Wali kota pencinta taman tersebut tahu betul adanya sejumlah orang yang menolak. Menurut dia, itu hal yang lumrah. Memang tidak mudah berganti profesi yang telah lama ditekuni. ”Tapi, bukan berarti tidak bisa. Harus dicoba. Ini demi masa depan anak-anak,” jelasnya. (mas)
Dia juga mengomentari rencana sebagian warga yang kontra penutupan untuk melapor ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Risma mengaku akan melakukan hal serupa. Alasan dia, anak-anak di sekitar lokalisasi Dolly dan Jarak juga punya hak untuk mendapat lingkungan yang baik. ”Kalau mereka membuat surat, saya juga dapat surat dari anak-anak. Jumlahnya juga banyak,” imbuh ibu dua anak itu.
Pada siangnya, Risma juga mendapat dukungan dari ibu-ibu pengajian. Mereka berasal dari Wanita Al Irsyad, Forum Alumni HMI-wati, Perkumpulan Pengajian Wanita Surabaya (Pengawas), dan jamaah pengajian Masjid Nasional Al Akbar.
Selama satu setengah jam mereka berbincang dengan wali kota di ruang kerjanya secara tertutup. ”Kami ibu-ibu ini siap berdiri paling depan untuk mendukung penutupan,” kata Prof Hasniah Hasan, kepala bagian pembinaan keluarga dan kewanitaan di Masjid Nasional Al Akbar. (jun/c6/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sumut Pecah Lima, Provinsi Induk tak Akan Miskin
Redaktur : Tim Redaksi