Warga Surabaya Hati-Hati! Ada 331 Lubang di Jalan

Senin, 13 Februari 2017 – 16:23 WIB
Jalan rusak di Surabaya. Foto: JPG

jpnn.com - jpnn.com - Jalanan rusak masih menghantui wilayah Surabaya dan sekitarnya. Termasuk di akses jalan Waru-Porong yang memprihatinkan.

Sepanjang jalan itu dipenuhi lingkaran-lingkaran putih dari cat semprot yang menandakan lubang jalan.

BACA JUGA: Banyak Jalan Rusak, Pelanggar Belum Ditindak

Itu penanda sementara untuk mengingatkan pengendara agar lihai mencari jalur yang lebih mulus.

Kemarin Jawa Pos menelusuri jalan nasional tersebut mulai bundaran Waru hingga Porong. Terhitung 331 lubang.

BACA JUGA: Wah Bupati Ikut Tambal Jalan Berlubang

Sebanyak 177 lubang dicat. Bentuknya beraneka ragam. Sebagian besar berbentuk lingkaran.

Ada juga yang berbentuk kotak, angka 11, hingga bergambar hati. Dua lubang berbentuk hati itu berada di barat jalan layang atau flyover Waru.

BACA JUGA: Perusahaan Tambang Perusak Jalan Harus Ditindak

Petugas Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII sengaja melakukan pengecatan.

Pemberian tanda tersebut dilakukan sejak awal Februari lalu.

Meski demikian, jumlah lubang terus bertambah setiap hari.

Pengecatan terakhir dilakukan Sabtu (11/2) di ruas Jalan Tanggulangin.

Di ruas itu, lubang jalan diberi warna ngejreng. Oranye.

Muhammad Ridho, pedagang bunga di pinggir Jalan Tanggulangin, mengatakan, sebelumnya lubang itu dicat putih.

Namun, karena lubang melebar, tanda cat putih tersebut hilang.

Petugas lantas mengecat ulang lubang itu dengan warna lain.

"Yang jelas, ngecatnya malam hari. Soalnya, baru tadi pagi saya tahu ada lubang oranye itu," jelasnya, lalu menujuk ke arah lubang tersebut.

Dari jarak 100 meter, pengendara sudah bisa mengetahui keberadaan lubang yang dicat.

Namun, masih ada juga pengendara yang tidak waspada. Mereka baru menyadari keberadaan lubang saat sudah berada di jarak yang dekat.

Mereka lalu membanting setir untuk menghindari lubang.

Banyak yang oleng. Kapan hari ada satu yang ndelosor (terjatuh, Red)," ucap dia.

Di Jalan Raya Candi, jalan berlubang yang diberi tanda juga cukup banyak.

Selain lubang, ada gunungan aspal yang menyembul di tengah jalan.

Jika melewati jalan itu, pengendara yang tidak berhati-hati bisa cukup terguncang.

Kalau sepeda motor yang lewat, lebih berbahaya lagi. Sepeda motor bisa oleng dan terjatuh.

Lalu, di ruas Jalan Raya Buduran dan Jalan Raya Jenggolo, kerap terjadi kecelakaan.

Di Jalan Buduran, kecelakaan terjadi karena kelalaian pengguna jalan.

Kondisi jalan yang lurus kerap memancing pengendara untuk memacu gasnya.

Kondisi seperti itu pada akhirnya kerap mengakibatkan kecelakaan antar kendaraan.

Pedagang kaki lima (PKL) Faruq menjelaskan, di kawasan tersebut acap kali terjadi kecelakaan. Namun, sifatnya ringan.

"Cuma senggolan antarmotor atau mobil, terus jatuh," jelasnya.

Penjaga palang pintu lintasan kereta api di flyover Jenggolo Bayu Pranata menggambarkan hal yang berbeda.

Bila kawasan Jalan Buduran menuju Jenggolo rawan kecelakaan karena saling senggol kendaraan, di sekitar flyover Jenggolo justru sering terjadi kecelakaan tunggal.

Misalnya ketika pengendara melewati lintasan kereta api tepat di mulut flyover. Pengendara kerap ambruk karena tiba-tiba ban selip.

Kepada Jawa Pos, Bayu menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena pengendara tidak menyadari kontur permukaan aspal yang bergelombang.

Terutama ketika terjadi hujan. Permukaan yang tidak rata itu kerap membahayakan karena tertutup genangan.

Karena saking seringya membuat pengendara jatuh, dalam dua bulan terakhir permukaan aspal itu dicat putih dan diberi peringatan oleh warga sekitar.

Tulisannya beragam. Tulisan tersebut mengimbau pengendara untuk berhati-hati. Misalnya, "Alon-alon, Lek (hati-hati, Mas, Red)."

"Pesan tersebut dituliskan karena hampir tiap hari ada pengendara yang terjatuh. Apalagi pas hujan. Tadi aja ada satu yang jatuh," terangnya, lalu menunjuk lubang-lubang yang bertebaran di aspal dekat lintasan kereta.

Meski pihaknya telah memasang tanda stop dan segi tiga peringatan, peringatan tersebut tidak efektif.

Makin banyak saja pengendara motor yang terjatuh.

Sebab, bila tergenang air, antara rel dan jalan berlubang tak kentara.

"Saya jaga palang pintu lintasan kereta mulai 2013 dan baru beberapa bulan belakangan sering terjadi kecelakaan," jelasnya.

Pejabat pembuat komitmen (PPK) ruas Waru-Porong BBPJN VIII Suhariyatno menerangkan, pengecatan jalan itu sengaja dilakukan sembari menunggu perbaikan.

Diharapkan, lubang-lubang yang diberi tanda tersebut tidak semakin rusak saat jalan lain diperbaiki.

"Kami segera mengerjakan dari perempatan Gedangan ke arah Sidoarjo," jelasnya.

Kemarin BBPJN VIII menggelontorkan aspal cold mix sebanyak 2,5 ton untuk menambal lubang-lubang di Gedangan. Lalu, rencananya, hari ini terdapat tiga grup yang juga diturunkan.

"Masing-masing grup (membawa aspal, Red) 10 ton," jelasnya.

Dia memperkirakan seluruh lubang tertangani pada Rabu (15/2).

Besok (14/2) BBPJN VIII bakal memanggil kontraktor pemenang lelang long segment.

Setelah ada pemenang lelang, perbaikan jalan selama 2017 bakal ditanggung kontraktor.

Perawatan yang dilakukan BBPJN VIII sudah berlangsung tiga minggu di seluruh Jawa Timur.

Termasuk Jalan Kalianak, Manyar-Betoyo, Raya Porong, Raya Malang, dan beberapa ruas lain.

Perbaikan itu dilakukan setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengeluarkan perintah penanganan jalan nasional.

Dasarnya adalah keluhan masyarakat dan surat keberatan dari gubernur Jatim. Surat itu ditindaklanjuti dengan perawatan berupa penambalan.

Kepala Bidang Pembangunan dan Pengujian BBPJN VIII Achmad Subki menjelaskan, pemprov tidak perlu mengambil langkah perbaikan.

Tim dari BBPJN VIII yang berjumlah 33 PPK itu sudah bergerak di lapangan. Mereka menambal lubang jalan nasional.
"Anggarannya diambil dari sisa lelang proyek," ujarnya.

Dia mengakui bahwa kondisi jalan nasional semakin parah.

Banyak permukaan aspal yang mulai retak dan membentuk rekahan.

Akibatnya, pengguna jalan tidak bisa melaju pada kecepatan 60 kilometer per jam.

Mereka berjalan melambat dan mengakibatkan beban permukaan jalan bertambah.

"Akibatnya, rekahan bisa menjadi lubang dalam hitungan hari," katanya.

Kepala BBPJN VIII I Ketut Darmawahana menegaskan, BBPJN VIII tidak tutup mata terhadap tanggung jawab yang diembannya.

Selama ini langkah BBPJN VIII terkendala aturan. Setelah ada instruksi dari pusat, tim langsung bergerak di lapangan.

"Itu bentuk komitmen kami untuk menangani masalah infrastruktur di Jawa Timur," ujarnya.

Saat ini panjang jalan nasional di Jawa Timur mencapai 2.361 kilometer.

Dari panjang tersebut, kemantapannya hanya 75 persen.

Artinya, sekitar 500 kilometer jalan nasional di Jawa Timur rusak parah. (sar/riq/jos/c11/git/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalan Mudah Rusak, Ternyata Ini Penyebab Utamanya


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler