Warga di utara Tasmania, Australia, berduka dengan kematian lima anak-anak saat sedang bermain di sebuah acara sekolah.

PERINGATAN: laporan ini memuat rincian kecelakaan dan foto yang bisa membuat Anda sedih

BACA JUGA: Angka Pengangguran Anjlok Setelah Lockdown Berakhir di Australia

Jenis permainan 'jumping castle', yang terbuat dari balon berisi udara dan biasanya dipakai anak-anak untuk lompat-lompat tersebut, tertiup angin kencang di sekolah itu, Kamis kemarin (16/12).

Kepolisian Tasmania telah mengeluarkan nama ana-anak yang meninggal: Addison Stewart (11 tahun), Zane Mellor (12 tahun), Jye Sheehan (12 tahun), Jalailah Jayne-Maree Jones (12 tahun) and Peter Dodt (12 tahun).

BACA JUGA: Keluarga di Australia Menunda Liburan ke Indonesia Sampai Anak-anak Divaksinasi

Menurut laporan sejumlah saksi mata kepada polisi, angin bertiup kencang menerbangkan 'jumping castle' ke atas dan menyeret anak-anak.

Tiga anak berusia tiga dan lima tahun dari sekolah Hillcrest Primary School masih berada di rumah sakit dalam kondisi kritis, sementara satu anak sudah keluar rumah sakit, Jumat pagi tadi (17/12).

BACA JUGA: Sebuah Perahu Terbalik di Perairan Malaysia, 25 Penumpang Asal Indonesia Masih Hilang

Anak-anak itu jatuh dari ketinggian 10 meter.

Salah satu orang tua yang anaknya berada dalam acara tersebut mengatakan banyak orang sangat terdampak dengan insiden ini.

"Saya merasakan momen terburuk dalam hidupku saat sedang menuju sekolah, karena tidak tahu jika anak-anak saya baik-baik saja," ujarnya.

"Bagi sejumlah orang tua perasaan ini tidak akan hilang, saya merasa sedih mendalam kepada mereka."

"Doa saya menyertai para orang tua, guru, teman-teman, dan petugas gawat darurat yang hadir saat itu."

Seorang ibu mengatakan semua orang di sekolah diundang ke acara besar tersebut karena ada tarian, permainan, perosotan dan 'jumping castle'.

Ia mengatakan karena acara yang sama sukses digelar tahun lalu, maka mereka menggelarnya kembali ketimbang piknik biasa.

Usai kejadian, warga sekitar berbondong-bondong datang ke sekolah dengan membawa rangkaian bunga untuk mengenang para korban.

Jacob Hays mengatakan ia sangat terkejut dengan insiden ini.

"Rasanya seperti dilempar satu ton batu bata," ujarnya.

Ia mengatakan Devonport bukanlah kota besar, karenanya warga bersatu untuk saling memberikan dukungan.

Andrew, warga lainnya, sedang menuju ke sebuah taman, kemudian melihat "pemandangan yang mengerikan" sesaat setelah kejadian.

"Saya masih kaget dan lemas," ujarnya.

Jade Masters, bersama pasangan dan dua anak mereka, bahkan rela menyetir dua jam dari rumahnya ke lokasi kejadian untuk memberikan penghormatan kepada korban dan keluarganya.

"Kita bukan dari sekolah ini, anak-anak kita tidak sekolah di sini, kita datang hanya ingin menyampaikan belasungkawa," ujarnya.

"Lima anak-anak meninggal. Sulit untuk diterima."

Sebagai seorang ayah, ia mengaku sulit menceritakan kejadian ini kepada anak-anaknya.

"Mereka mengerti. Satu anak saya berusia 4,5 tahun, jadi bisa paham sedikit."

Walikota Davenport, Annete Rockliff mengatakan seluruh warga merasakan kesedihan atas kecelakaan yang menewaskan anak-anak.

"Kita semua tahu siapa saja yang terdampak dengan kecelakaan ini," ujarnya.

"Ini akan menjadi masa yang sulit untuk kita hadapi."

Perdana Menteri Scott Morrison kecelakaan ini "sangat memilukan".

"Anak-anak kecil sedang bersenang-senang dengan keluarganya, kemudian berubah menjadi tragedi yang mengerikan, apalagi menjelang akhir tahun seperti saat ini. Benar-benar membuat hati kita hancur."

Kepolisian Tasmania mengatakan mereka masih terus melakukan penyelidikan atas kecelakaan ini, yang prosesnya akan membutuhkan waktu.

Artikel ini dirangkum dan diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporannya dalam Bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Indonesia Menyambut Pembukaan Perbatasan Internasional Australia Untuk Warga Asing

Berita Terkait