jpnn.com, JAKARTA - Kalangan profesi dokter meminta pemerintah memperluas jangkauan wilayah vaksinasi massal untuk pencegahan penyakit difteri.
Sebab, kejadian luar biasa (KLB) difteri sudah muncul di 28 provinsi.
BACA JUGA: Masa Liburan, Waspadai Penularan Difteri
Sedangkan pemerintah menetapkan outbreak response immunization (ORI) atau vaksinasi masal difteri hanya di tiga provinsi.
Yakni DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
BACA JUGA: Penderita Difteri di Kota Bekasi Bertambah
"KLB di 28 provinsi ini tertinggi di dunia. Ini rekor," ujar Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Dr dr Aman B. Pulungan SpA(K) di kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) di Jakarta.
Menurut dia, data KLB difteri di 28 provinsi itu dikumpulkan dari kalangan dokter di daerah-daerah.
BACA JUGA: Kabupaten Bekasi Belum Terima Vaksin Difteri
Namun, dia tidak bisa menyebutkan dengan detail 28 provinsi itu.
Menurut Aman, kebijakan ORI vaksin difteri harus segera diperluas untuk mencegah penularan yang lebih besar.
Apalagi, saat ini bertepatan dengan musim libur sekolah. Otomatis, mobilitas keluarga tengah tinggi untuk mengisi liburan.
"Tidak adil hanya tiga provinsi yang ditetapkan daerah ORI," tegasnya.
Aman menjelaskan, masih munculnya KLB difteri dipicu pemberian vaksin yang tidak merata.
Selain itu, ada keluarga yang merasa vaksin difterinya sudah penuh, ternyata tidak alias bolong-bolong.
Pemerintah, lanjut Aman, juga harus memastikan kecukupan vaksin difteri.
Dia mencontohkan, pemberian vaksin MR di Jawa saja membutuhkan 50 juta dosis.
Jika dilaksanakan di 28 provinsi, otomatis dibutuhkan vaksin lebih banyak.
"Kalau produksi vaksin difteri dalam negeri tidak cukup, pemerintah tidak ada salahnya untuk impor," tuturnya.(wan/c9/ttg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sembilan Pasien Meninggal Akibat Difteri
Redaktur & Reporter : Natalia