Waspadai Aksi Teror Susulan

Jumat, 15 Januari 2016 – 11:35 WIB
Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane. FOTO: DOK.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Polri harus kerja keras pascaserangan teroris di Kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, yang menyebabkan tujuh orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka kemarin (14/1).

Korps Bhayangkara harus bisa membongkar jaringan teroris itu agar serangan yang sama tak terjadi lagi di lain waktu dan tempat.

BACA JUGA: Kisah Wabup Siak yang Selamat dari Serangan Berdarah di Starbuck Sarinah

Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menilai meski tergolong serangan gagal, namun aksi teror itu menimbulkan kejutan yang luar biasa.

“Gagal karena lebih banyak pelaku yang menjadi korban dan masih banyak bom yang tidak terpakai,” ujar Neta, Jumat (15/1).

BACA JUGA: Pak Polisi! Anjing-anjing K9 di Sarinah Juga Harus Pakai Rompi Antipeluru

Karenanya, Neta mengkhawatirkan jaringan kelompok teror ini akan mengulang kembali aksinya dalam waktu dekat. “Polri harus segera memburu mereka agar tidak ada kesempatan mengulang aksinya,” tegasnya.

IPW melihat ada tiga fenomena baru dalam aksi teror di Kawasan Sarinah, Thamrin. Pertama, inilah pertama kali ada teroris dalam jumlah banyak melakukan serangan terbuka di beberapa tempat di ruang publik, yang disaksikan banyak orang.

BACA JUGA: Perbedaan Pelaku Teror Zaman Dulu dengan Teroris Masa Kini

“Para teroris Indonesia melakukan aksi show off force yang luar biasa, dengan mencontoh apa yang terjadi di Paris pada November 2015,” paparnya.

Kedua, serangan teroris ini menggunakan bahan peledak seadanya tapi para teroris nekat melakukan aksinya, seakan sudah siap melakukan aksi bunuh diri bersama-sama.

Ketiga, para teroris tampak sangat tenang dalam beraksi. Tidak ada raut takut dan cemas, meski beraksi di ruang terbuka yang disaksikan banyak orang dan wajahnya gampang dikenali.

Sepertinya jaringan ini hendak mengirim pesan bahwa kelompok mereka lebih berbahaya dari kelompok teroris sebelumnya, karena punya keberanian luar biasa untuk melakukan serangan besar di pusat kota maupun pusat keramaian.

Melihat fenomena yang mereka tampilkan besar dugaan aksi serangan teror ini dilakukan kelompok Solo.

Sebab sejak dikendalikan Sigit Qurdowi, Geng Solo merekrut banyak remaja usia 16 atau 17 tahun dan kelompok ini kerap mempertontonkan serangan terbuka, meski hanya dilakukan satu atau dua orang. Misalnya tahun 2007, geng ini melakukan bom bunuh diri di mesjid Polres Cirebon atau menyerang sejumlah polisi di Pospam Lebaran 2012 di Solo.

Setelah Sigit tewas ditembak polisi, 2010 muncul Bahrum Naim yang saat itu berusia 23 tahun. Saat Naim divonis PN Surakarta 2.5 tahun bermunculan simpati dari anak-anak muda kepadanya. Begitu bebas, Februari 2015, Naim berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.

Naim bergabung dengan Abu Jandal asal Surabaya yang sudah lebih dulu, yakni 4 Desember 2015 berada di Suriah. Kelompok ini banyak merekrut anak-anak muda untuk melakukan serangan kepada aparat keamanan dan kepentingan barat.

“Untuk itu Polri harus bekerja keras memutus jaringannya agar mereka tidak punya kesempatan melakukan serangan serupa dalam waktu dekat,” ujar Neta.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Si Pengatur Dana Pengeboman Itu Dikira Sudah Mati


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler