jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Pemuda Bulan Bintang Wawan Sugiyanto mengomentari sikap politikus Partai Demokrat Andi Arief yang membuat percakapan imajiner antara Yusril Ihza Mahendra dan majelis hakim Mahkamah Agung, seolah-olah percakapan itu terjadi dalam persidangan.
Percakapan imajiner tersebut dimuat dalam sebuah pemberitaan dengan judul 'Andi Arief Bikin Percakapan Imajiner Yusril Lupa Anaknya Didukung Demokrat'.
BACA JUGA: Anak Buah Yusril Balas Andi Arief Demokrat, Telak Banget!
Menurut Wawan, sikap Andi Arief terkesan menunjukkan perilaku seseorang yang terkesan tidak bisa dapat berpikir jernih.
"Iya, kesannya (Andi Arief) kebanyakan makan obat, sehingga tidak bisa berpikir secara jernih dan tidak bisa membedakan mana profesi pengacara dan mana profesi politikus," ujar Wawan dalam keterangannya, Minggu (26/9).
BACA JUGA: Ahli Epidemiologi Komentari 3 Langkah Pemerintah Antisipasi Gelombang Ke-3 COVID-19
Menurut Wawan, Prof Yusril Ihza Mahendra diminta menjadi pengacara empat mantan kader Partai Demokrat (PD) untuk mengajukan pengujian terhadap AD/ART partai tersebut ke Mahkamah Agung.
Pengujian AD/ART ditempuh buntut dari langkah PD kubu Agus Harimurti Yudhoyono memberhentikan keempat orang tersebut dari kedudukan masing-masing sebagai anggota partai berlambang mercy.
BACA JUGA: Masih Muda Lupa Nama Kawan Bicara, Sulit Menemukan Kunci, Berhati-hatilah!
Wawan juga menegaskan dalam hal ini Yusril berperan sebagai seorang pakar hukum, bukan sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB)
"Sekarang saya saya, apa salahnya empat mantan kader Partai Demokrat meminta tolong kepada Prof Yusril Ihza Mahendra untuk mencari keadilan di mata hukum," ucapnya.
Wawan kemudian menyarankan Andi Arief tidur dulu sebelum bermimpi.
Kalau tidak terima dengan langkah Yusril, sebaiknya Partai Demokrat mencari pengacara untuk uji materiel di Mahkamah Konstitusi (MK).
Bukan berteriak-teriak di medsos apalagi menyerang secara pribadi.
Wawan juga mengingatkan Andi Arief, Pemilu 2004 tidak ada satu partai pun yang mau mendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.
“Kalau PBB dan Prof Yusril Ihza Mahendra tidak mau memberi dukungan, kemungkinan pada waktu itu Pak SBY tidak akan jadi Presiden ke-6 RI,” pungkas Wawan.(gir/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Ken Girsang