jpnn.com, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar orang-orang tidak mencampur dan mencocokkan vaksin COVID-19 dari berbagai produsen, dengan menyebutnya sebagai "tren berbahaya" karena diperlukan lebih banyak data tentang dampak kesehatan.
"Ada sedikit tren berbahaya di sini. Ini akan menjadi situasi kacau di negara-negara jika warga mulai memutuskan kapan dan siapa yang akan mengambil dosis kedua, ketiga dan keempat," kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan dalam pengarahan daring pada Senin (12/7).
BACA JUGA: Pemerintah Datangkan Vaksin Berefikasi 79%, Digunakan untuk Vaksinasi Gotong Royong
Swaminathan menyebut pencampuran vaksin "tidak berbasis data", tetapi WHO pada Selasa mengklarifikasi pernyataannya dengan menyebut bahwa beberapa data telah tersedia dan lebih banyak data diharapkan.
Kelompok Ahli Penasihat Strategis tentang vaksin pada Juni mengatakan vaksin Pfizer dapat digunakan sebagai dosis kedua setelah dosis awal AstraZeneca, jika dosis yang terakhir tidak tersedia.
BACA JUGA: Bea Cukai Soekarno-Hatta Mempercepat Distribusi Vaksin Moderna
Hasil uji klinis lebih lanjut yang dipimpin oleh Universitas Oxford, yang akan melihat pencampuran vaksin AstraZeneca dan Pfizer serta Moderna dan Novovax, sedang berlangsung.
"Data dari studi campuran dan kecocokan vaksin yang berbeda sedang ditunggu---imunogenisitas dan keamanan keduanya perlu dievaluasi," kata WHO dalam komentar melalui surel.
BACA JUGA: 3 Juta Vaksin Bantuan AS Tiba, Syarief Singgung Singapura dan Jepang
Seharusnya lembaga kesehatan masyarakat yang membuat keputusan, berdasarkan data yang tersedia, dan bukan individu, kata WHO. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil