Widodo Harjoprawito, Ahli Balistik yang Pernah Jadi Penasihat Militer Bolivia

Mantan Guru yang Berguru Ilmu Perang ke Yugoslavia

Jumat, 07 Oktober 2011 – 00:07 WIB
Widodo Harjoprawito.

Widodo Harjoprawito adalah salah seorang produk sengketa politik pada 1965Sempat hijrah ke berbagai negara karena kondisi tanah air runyam, dia kembali ke Indonesia membawa pengetahuan tentang persenjataan

BACA JUGA: Tiga Bocah Papua yang Berhasil Ciptakan Sistem Robot Pendeteksi Bencana Tsunami

Siapa dia?
 
AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
 
DALAM sidang peninjauan kembali (PK) kasus pembunuhan bos PT Rajawali Putra Banjaran Nasruddin Zulkarnaen di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pekan lalu, Widodo tampil sebagai saksi ahli yang membela terpidana Antasari Azhar
Dari pemeriksaan kondisi dua peluru kaliber 0,38 inci yang membunuh Nasrudin, Widodo membeber fakta mengejutkan

BACA JUGA: Jusuf Kalla dan Aktivitas Barunya sebagai Duta Komodo

Dia mengatakan, dua peluru itu meluncur dari dua pistol berbeda.

Selain itu, melihat kondisi peluru tersebut, satu peluru ditembakkan tanpa medium
Artinya, peluru itu ditembakkan langsung ke kepala korban

BACA JUGA: Warga Indonesia yang Berobat Kanker hingga ke Tiongkok

Padahal, versi polisi selama ini menyebutkan bahwa suami siri Rani Juliani itu ditembak dari luar kaca mobil

"Satu peluru masih utuh saat diambil dari kepala korban, sedangkan satunya sudah penyok, bahkan berupa serpihanMereka tidak melewati medium yang sama," kata lelaki 76 tahun itu.

Dasar pernyataan Widodo adalah berita acara pemeriksaan laboratoris kriminalistik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)Satu peluru memiliki berat 9,605 gram dan satunya 5,855 gramJika belum ditembakkan, dua peluru tersebut memiliki berat yang sama, 10,1 gram

"Peluru pertama menunjukkan bahwa dia sangat mendekati utuhSedangkan peluru kedua seperti berupa serpihan karena melalui medium keras (kaca mobil, Red) sebelum sampai ke korban," katanya.

Ini berarti membuka berbagai kemungkinan tentang kematian NasruddinBisa jadi dia dihabisi sebelum Daniel Daen Sabon (eksekutor Nasruddin yang disewa Williardi Wizard) menembaknya dari luar mobil dalam perjalanan pulang dari padang golf Modern Land, Tangerang

Apalagi, posisi peluru tersebut berada di belakang-bawah telinga sebelah kiri menembus otak kecilDengan fakta itu, mustahil menembak Nasruddin dalam posisi duduk

"Saya tak mau berspekulasiSaya cuma kasih pendapat bahwa satu peluru (yang ditembakkan mengenai otak kecil, Red), ditembakkan secara langsung, tanpa melewati medium keras seperti kacaItu tugas penyelidik untuk membuktikannya," kata Widodo yang ditemui di kawasan perkantoran Menteng, Jakarta Pusat baru-baru ini.

Nama Widodo di jagat balistik memang jarang terdengarDia baru muncul saat memberikan kesaksian untuk Antasari dan Williardi Wizar (perwira menengah polisi yang juga menjadi terpidana kasus pembunuhan Nasruddin)Sebelumnya, nama Widodo nyaris tak pernah muncul

"Saya tak terlalu banyak muncul dan bicara soal persenjataanSoalnya, nanti takut ada yang tersinggung kalau sampai saya sebut rahasia negara," katanya lantas terkekeh.

Widodo saat ini berusia 76 tahunLama berkecimpung di dunia balistik membuat pendengarannya berkurangDalam sidang Antasari, dia harus didampingi seorang pengacara untuk mengulang pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan berbagai pihak

Meski sudah senior, Widodo selalu bersemangat kalau berbicara soal persenjataan"Kalau orang sudah cinta pada profesi, apa saja dilakukan seperti melakukan hobi," katanya.

Lelaki kelahiran Bojonegoro, Jatim, 1935 itu memang termasuk orang lama di dunia balistik IndonesiaPada 1963, dia masuk ke PT Pindad di bagian penelitian dan pengembanganPadahal, Widodo sama sekali tidak berlatar belakang militer

Dia hanya lulusan jurusan ilmu pasti Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Malang yang sekarang menjadi Universitas Negeri MalangSetelah lulus pada 1958 dan menjadi guru di beberapa SMA, Widodo lantas melamar ke PT Pindad"Saya hidup di masa perangKarena itu, saya suka sekali terlibat di hal-hal tentang perang," katanya.

Widodo termasuk orang yang menyaksikan sendiri sejumlah peperangan di IndonesiaSaat masih belasan tahun, dia sempat menyaksikan bom diluncurkan di dekat rumahnya di Bojonegoro dan beberapa kontak senjata di daerah Lamongan"Dulu bapak saya kan pernah jadi camat di Semlarang, LamonganMakanya, sejak kecil saya selalu senang dengan peperangan," katanya.

Di Pindad, gairah Widodo terhadap dunia militer terpenuhiDia menjadi orang yang mengurusi penelitian balistik dan roketPenelitian dan pengembangan itu sempat menuai hasilPindad pernah mampu menerbangkan roket kecil berukuran 5 sentimeter bikinan sendiri

Prestasi itu diganjar oleh Kepala Laboratorium PT Pindad Azwar Anas (yang kemudian menjadi menteri perhubungan dan menko kesra di era Presiden Soeharto) untuk tugas belajar persenjataan ke YugoslaviaWidodo berangkat ke negara Balkan itu pada 1964Dia belajar persenjataan di Yugoslavia lima tahun hingga 1969

Masa belajar lima tahun itu tak dihabiskan Widodo hanya di kelas-kelas teoriSering dia menyelidiki sendiri gudang-gudang senjata YugoslaviaTernyata, militer negeri yang pecah sejak 2003 lalu itu menyembunyikan senjata dengan dikubur dalam tanah jauh di dalam hutan"Sebab, kalau diletakkan dalam gudang, tinggal di bom saja sama musuh," katanya.

Gara-gara rasa penasaran yang tinggi itu, Widodo sempat ditangkap tentara Yugoslavia karena dianggap mata-mataMantan guru di SMA 6 Jakarta itu sempat meringkuk di tahanan empat hari sebelum akhirnya dilepaskan"Saya bilang, saya bukan mata-mataIndonesia tidak memiliki persoalan dengan Yugoslavia," katanya.

Karena sedang tugas belajar di Yugoslavia itulah, Widodo tidak mengalami peristiwa kelam Gerakan 30 September (G 30 S)Namun, dia terus memonitor perkembangan di tanah air"Saya bilang pada diri saya, itu bukan perang sayaKalau PKI yang menang, bisa jadi orang-orang PNI (Partai Nasionalis Indonesia, Red) yang dibunuhi," katanya.
 
Widodo memang aktivis tulen saat mudaDia pernah menjadi Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) PTPG MalangKarena itu, saat tugas belajarnya selesai pada 1969, Widodo menolak kembali ke IndonesiaSebab, para aktivis GMNI ditangkapi oleh Orde Baru karena dianggap berafiliasi dengan PNI"Beberapa kelompok di PNI dulu dianggap PKI, ditangkapi," katanya.
 
Widodo pun desersiDia memutuskan untuk berimigrasi ke Kanada pada 1970Bapak dua anak itu lantas bekerja di sebuah perusahaan asuransiSalah seorang pimpinannya kemudian menawari dia bekerja di pertambangan emas di BoliviaSebab, pengetahuan Widodo tentang bahan peledak bisa dimanfaatkanWidodo lantas hijrah ke Bolivia pada 1972.

Di Bolivia, Widodo menikah dengan perempuan lokalDari pernikahan itu dia dikaruniai dua anakWidodo masih penasaran dengan dunia militerKarena itu, dia melamar ke angkatan bersenjata Bolivia pada 1976Dia kebagian tugas di bidang litbang persenjataanPekerjaan Widodo bermacam-macamMulai pemeliharaan alat-alat bersenjata, meriam, pistol, hingga menguji senjata-senjata yang akan dibeli BoliviaWidodo juga sempat mengajar perwira-perwira militer Bolivia.
 
Selama sepuluh tahun, Widodo mengabdi pada militer BoliviaPada 1987, dia pulang ke Indonesia karena urusan keluargaSulung dari enam bersaudara itu akhirnya menetap di Indonesia sampai sekarangIstrinya yang asli Bolovia dan dua anaknya dia bawa serta
 
Widodo menilai, paradigma terkait persenjataan saat ini harus diubahNegara, kata dia, jangan berpikir terus-terusan soal pengadaan alutsistaSebab, alutsista tak akan ada gunanya tanpa peluru"Tank itu tidak bisa menghancurkan musuhYang bisa menghancurkan musuh itu peluruBegitu juga pesawat dan alat-alat persenjataan lain," katanya.

Selain itu, kata Widodo, pengadaan alutsista selama ini sering salah kaprahNegara hanya berpikir membeli alat-alat yang dimiliki negara lain"Tidak harus begituKita harus berpikir bagaimana perkembangan militer musuh dan bagaimana kita menghadapi teknologi persenjataan mereka," katanya(c2/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keraton Jogja Bersiap Jelang Pernikahan Putri Bungsu Sultan Hamengku Buwono X


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler