Keraton Jogja Bersiap Jelang Pernikahan Putri Bungsu Sultan Hamengku Buwono X

Kepatihan Pusat Resepsi, Paku Alam Rela Pindah Kantor

Selasa, 04 Oktober 2011 – 00:04 WIB
BAHAGIA: GRAj Nurastuti Wijareni dan Achmad Ubaidillah dalam sebuah acara di keraton Jogja beberapa waktu lalu.

Setengah bulan lagi, Keraton Jogjakarta menghelat gawe besarSultan Hamengku Buwono X akan menikahkan putri bungsunya, Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nurastuti Wijareni

BACA JUGA: Kehilangan Penglihatan, Mimi Mariani Lusli Tetap Gigih di Dunia Pendidikan

Bagaimana persiapan keraton menyambut royal wedding tersebut?

OLEG WIDOYOKO, Jogja
   
MANTU besar-besaran Sri Sultan akan digelar selama empat hari, tepatnya 16?19 Oktober 2011
Saat itu GRAj Nurastuti yang kini bergelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendoro akan resmi menjadi istri Achmad Ubaidillah, pemuda dari Sumatera yang dikenalnya di Jakarta

BACA JUGA: Rumah Majikan Diserang, Nekat Loncat dari Lantai Tiga

Ubai, panggilan akrab Achmad Ubaidillah, sendiri Juli lalu dianugerahi gelar keraton Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara.
   
Demi mempersiapkan pesta pernikahan, Jeng Reni, panggilan akrab Nurastuti Wijareni, harus beristirahat sementara dari mengurus butiknya di Jakarta
Kini dia berkonsentrasi di Jogja untuk memudahkan persiapan yang dilakukan oleh seluruh kerabat keraton.
   
Sebab, dengan status putri Sri Sultan, pesta pernikahan Jeng Reni pasti digelar secara besar-besaran

BACA JUGA: Rara, Wanita Manis Cucu M Arsyad Sanusi yang Masuk Pusaran Kasus Surat Palsu MK

Perempuan yang lama tinggal di Singapura itu menuturkan, acara tersebut akan dimulai pada 16 OktoberPada hari itu, rombongan keluarga calon pengantin laki-laki akan datang ke keratonTujuannya, memulai pingitan calon pengantin laki-laki
   
"Saat itu saya harus mengikuti upacara langkahan untuk kakak sayaKami (kedua calon pengantin, Red) dipisahkan di dalam, tetapi sama-sama menginap satu malam di keraton," ujar Jeng Reni beberapa waktu lalu
   
Pernikahan Jeng Reni memang mendahului kakaknya, putri keempat Sri Sultan, yakni GRA Nurabra JuwitaSesuai dengan tradisi Jawa, harus dilakukan upacara langkahan untuk itu
   
Esoknya, 17 Oktober, dihelat prosesi siraman untuk Jeng ReniSiangnya giliran siraman calon pengantin laki-lakiSedangkan malamnya, Jeng Reni mesti menjalani prosesi paling menegangkan, yaitu tantinganKala itu dia akan ditanya ayahandanya, Sri Sultan, apakah yakin memilih KPH Yudanegoro sebagai suamiBaru kemudian pada 18 Oktober, dilakukan ijab kabul yang akan dilaksanakan di masjid keraton"Bapak (Sri Sultan, Red) sendiri yang jadi wali," ujar perempuan kelahiran 18 September 1986 itu
   
Acara panggih manten menjadi prosesi berikutnya setelah akad nikahDalam acara yang digelar di keraton tersebut, mereka mengundang sekitar 1.500 undangan yang terdiri atas tokoh-tokoh penting, pejabat negara, dan teman-teman dekat calon mempelai berdua"Setelah itu, kami dikirab dari keraton menuju bangsal kepatihan sore sekitar pukul 16.00Sesampai di sana, diselenggarakan resepsi mulai pukul 19.00 dan tamunya umum dari Jogja, sekitar seribu undanganInsya Allah presiden dan Wapres akan datang dan diundang, baik di keraton maupun kepatihan," terang perempuan yang juga pernah menjadi finalis dalam pemilihan Putri Indonesia tersebut.
   
Saat kirab dari keraton menuju kepatihan, pengantin akan dinaikkan kereta Joviat dengan diiringi empat kereta khususIring-iringan pengantin tersebut menuju kepatihan melalui Jalan Malioboro dengan melawan arus"Jadi, nanti Malioboro ditutup beberapa jam," ujarnya.
   
Bangsal kepatihan adalah tempat diselenggarakannya resepsi pernikahanMenurut Kepala Biro Umum Humas dan Protokoler Provinsi DIJ Sigit Haryanto, bangsal kepatihan mampu menampung 3.000 hingga 3.500 tamu undangan"Kalau hanya tiga ribu tamu, itu cukup," ujarnya.

Untuk menyambut acara istimewa tersebut, bangsal kepatihan terus dibenahiPembenahan meliputi penggantian saka guru hingga atapPerbaikan bangunan cagar budaya itu meliputi Ndalem Ageng, Gedung Wilis, Parianom, dan GadriWakil Gubernur Sri Paku Alam IX juga telah bersedia pindah kantor sementara ke Kantor SekprovSebab, kantornya termasuk lokasi acara pernikahan.

Renovasi bangsal kepatihan dimulai awal Juli laluPengageng Panitikismo KGPH Hadikusumo mengatakan, renovasi keseluruhan dilakukan dalam dua tahapFokus renovasi terletak pada atap bangunan, konstruksi kayu yang diganti atau diawetkan, dan pemasangan tegel yang spesifikUntuk melancarkan prosesi itu, Pemprov DIJ dan keraton telah mendahuluinya dengan prosesi sugenganProsesi tersebut bertujuan memohon kelancaran dalam renovasi bangunan kepatihanAdik kandung Sultan Hamengku Buwono (HB) X itu menjelaskan bahwa ritual menghaturkan doa tersebut merupakan lambang keseimbangan manusia dengan alam.

"Sesuai adat di keraton, untuk sebuah proses renovasi bangunan lama, memang ada ritualnyaMisalnya, ada beberapa gambaran alam dunia yang berwujud umbi-umbian, pala kesampar, dan tebuSemua merupakan simbol keseimbangan manusia dengan alam, yang masing-masing memiliki arti sendiri," ujarnya beberapa waktu lalu.

Persiapan tidak hanya dilakukan pada sisi fasilitas dan perlengkapan pestaKoordinasi untuk menyambut tamu-tamu VVIP juga telah dilakukanSalah satunya menyangkut keamananSebab, hampir dipastikan pahargyan agung tersebut bakal dibanjiri tamu-tamu penting dari negeri ini

Bagaimana proses perkenalan Jeng Reni dengan Ubai? Pemuda kelahiran 26 Oktober 1981 itu menceritakan, saat bertandang ke Jogja beberapa waktu lalu, awalnya dirinya tidak tahu bahwa Reni merupakan putri raja JogjaDia mengatakan tertarik dengan sosok Reni karena pembawaannya yang kalem

Setelah mengetahui bahwa yang didekatinya adalah putri keraton, mental lelaki yang besar di Jakarta itu tidak ciutJustru dia makin bersemangatSebab, meski berstatus putri bangsawan, di matanya perempuan yang berusia lima tahun lebih muda tersebut bukan perempuan yang arogan dan sombong"Dari situ, saya makin jatuh hati," ujarnya.

Ubai sejak diterima sebagai calon menantu Sri Sultan makin rajin mempelajari budaya Jawa, khususnya JogjakartaDia menyatakan sangat tertarik dengan makna-makna filosofis yang terkandung dalam ajaran dan tata krama masyarakat JawaMenurut dia, semua tradisi klasik itu mempunyai kaidah dan manfaat sendiri

"Sejak dahulu, saya tertarik (dengan budaya Jawa)Tapi, mulai dikenalkan serius saat sudah sama ReniSampai sekarang, Reni juga masih mengajari saya soal itu, khususnya soal bahasa," ujar Ubai, yang juga menjabat kepala Subbidang Komunikasi Politik Bidang Media Cetak Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres)(jpnn/c11/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pangkostrad, Anak Medan yang Nakal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler