Wijayanto Sebut KLB Demokrat Bentuk Hilangnya Etika Politik

Selasa, 09 Maret 2021 – 17:29 WIB
Moeldoko, Ketum Partai Demokrat periode 2021-2025 dalam acara penutupan KLB yang digelar di Hotel The Hill, Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3) malam. Foto: ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Wijayanto menyebut kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat yang mengangkat Moeldoko sebagai ketua umum merupakan bentuk hilangnya etika politik dan kemunduran demokrasi.

"KLB ini merefleksikan musnahnya etika politik di antara elite yang menggunakan praktik-praktik Machiavellian untuk meraih kekuasaan," ujar Wijayanto dalam keterangannya, Selasa (9/3).

BACA JUGA: Janji Menikahi, S Ajak R ke Sawah, 5 Teman Datang, Bergantian..

"KLB ini juga menjadi satu penanda kemunduran demokrasi yang sangat serius."

Ia mengaku pandangan senada juga dikemukakan pada diskusi virtual yang mengangkat tema 'Dimensi Nilai Dalam Pembangunan dan Tantangan Demokrasi Indonesia'.

BACA JUGA: Kata Kubu Moeldoko soal Uang Rp100 Juta di Arena KLB

Diskusi tersebut diselenggarakan Institut Demokrasi dan Keadilan (IDEAL) bersama IndonesiaChannels.Com, Senin (8/3) malam.

Dalam diskusi tersebut, Wijayanto memaparkan catatan LP3ES bahwa demokrasi Indonesia merosot tajam dalam lima tahun terakhir.  

BACA JUGA: Peneliti LP3ES: Idulfitri di Indonesia Dicontoh Negara Lain

Menurutnya, ada beberapa indikasi yang menunjukkan hal tersebut antara lain, dugaan kooptasi partai oposisi lewat hegemoni atau paksa.

Kemudian, fokus pembangunan pada infrastruktur dan mengabaikan HAM.

“Ini sudah menunjukkan gejala otoritarianisme seperti era Orde Baru,” ucapnya.

Wijayanto lebih lanjut mengatakan, perlu gerakan masif yang melibatkan semua elemen masyarakat untuk melakukan koreksi terhadap perjalanan pemerintahan saat ini, agar kekuasaan yang diktator dan otoriter seperti Orde Baru tidak terjadi.

“Kalau percaya ada siklus 20 tahunan, inilah saatnya muncul generasi baru untuk melakukan koreksi total agar Indonesia tidak kembali ke era otoriter seperti masa Orde Baru,” katanya.

Peryataan Wijayanto mendapat respons positif peserta webinar.

Diskusi dipandu Direktur IDEAL Bursah Zarnubi, dan diikuti ratusan partisipan, mulai dari aktivis senior seperti Hariman Siregar hingga aktivis mahasiswa dan pemuda.(gir/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kombes Helmi Keluarkan Ultimatum: Ke Mana Pun Tetap Kami Buru


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler