Kisah Para Calon Anggota DPD Kalbar Terpilih yang Semuanya Perempuan (1)

Hairiah Berbekal Aktivis, Maria Butuh Enam Bulan

Sabtu, 02 Mei 2009 – 06:59 WIB

Pada pemilu kali ini, mungkin, baru Kalimantan Barat (Kalbar) yang semua anggota DPD (dewan perwakilan daerah) terpilihnya perempuanSiapa saja mereka? Bagaimana akhirnya mereka bisa terpilih?


HENDY-EFPRIZAN, Pontianak

----------------------------------------

Wajah Hairiah tampak cerah

BACA JUGA: Kersamanah, Kecamatan di Garut yang di Lima Desanya Banyak Orang Gila (2-Habis)

Senyum selalu menghiasi wajahnya
"Ayo...mau tanya apa?" katanya ramah kepada Pontianak Post (Jawa Pos Group)

BACA JUGA: Kersamanah, Kecamatan di Garut yang Lima Desanya Dihuni Orang Gila (1)



Hairiah memang patut gembira
Sebab, pada pemilu 9 April lalu, dia berhasil terpilih menjadi anggota DPD setelah meraup 124.854 suara

BACA JUGA: Diana Abbas Thalib-Hidayat Nurwahid setelah Kelahiran Bayi Kembar



Di Kalbar, perempuan yang lahir pada 27 Maret 1966 itu dikenal sebagai pejuang kaum hawaHampir setiap ada kasus yang melibatkan perempuan, Hairiah selalu terlibat memberikan advokasi

Pendek kata, rekam jejaknya dalam membela perempuan tidak diragukan lagi

Pada 17 Januari 1997, ibu dua anak itu mendirikan Lembaga Bantuan Hukum Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH PIK) Pontianak bersama para aktivis perempuan lainnya

"Sejak 1995 sampai 1996, saya sudah melihat banyak permasalahan yang dialami TKWBeranjak dari itu, saya dan teman mendirikan sebuah lembaga yang konsen terhadap perjuangan perempuan," ungkapnya.

Bukan hanya itu, Hairiah juga aktif mendirikan beberapa organisasi yang sangat konsen memperjuangkan genderMungkin karena kiprahnya itu, wajar jika Hairiah berhasil mencuri perhatian masyarakat sehingga dia berhasil meraih suara signifikan dalam pemilu

Bahkan, dia sebenarnya sudah terpilih sebagai calon anggota Komnas HAM perwakilan Kalbar pada September 2007"Saya akhirnya mundur karena terpilih menjadi anggota DPD," ujarnya

Ibarat menanam, apa yang berhasil diraih Hairiah saat ini tinggal memanenDia menceritakan, sudah sejak belasan tahun lalu dirinya getol berkiprah di tengah-tengah masyarakat, terutama dalam melakukan pendampingan atau advokasi kepada kaum perempuan yang sedang menghadapi persoalan

"Kiprah saya itulah yang saya jadikan modal untuk majuKarena saya nggak punya uang untuk merekrut tim sukses dan membayar para saksi di TPS," katanya, serius

"Untung, saya dapat sokongan penuh dari keluargaSelain itu, banyak juga relawan yang tidak dimintai bantuan membantu dengan ikhlasMereka mungkin orang-orang yang pernah saya bantu dulu," kata ibu dari Abdul Fajri, 15, dan Fadli Nurahman, 5, itu.

Ketika ditanya soal biaya yang dihabiskan, dia mengaku tidak banyak merogoh koceknyaSemua fasilitas sosialisasi untuknya disokong keluarga besarnya''Ketika tahu saya mencalonkan diri, masing-masing keluarga berbagi peran," tuturnya.

Selama kampanye, Hairiah sudah memasang 40 baliho, mencetak dan membagikan 40 ribu kartu nama, 5 ribu kalender, 5 ribu stiker, dan 40 spanduk''Semuanya disumbang keluargaUntuk mengedarkan ke masyarakat, di antara keluarga saling berbagi peran," kata anak kedua dari enam bersaudara itu.

Ketika ditanya soal kiatnya sehingga bisa terpilih, Hairiah mengaku punya strategi tersendiri"Pertama, saya petakan dulu kekuatan 25 calon anggota DPDSelanjutnya, saya analisis mana saja wilayah yang menjadi kantong suara calon lain," paparnyaCara ini ternyata cukup ampuh untuk mengantar Hairiah ke kursi DPD

Jika Hairiah baru kali ini maju ke kursi DPD, lain halnya dengan Maria GoretiKeberhasilannya kali ini merupakan suksesnya yang kedua"Saya maju lagi karena banyak pekerjaan rumah yang belum selesai dan harus dilanjutkan," ujar perempuan kelahiran Landak 29 Februari 1972 itu.

Dalam pemilu 9 April lalu, perempuan yang akrab disapa Yetie atau Titi tersebut memperoleh suara terbanyak, 157.915

Pekerjaan rumah apa saja yang belum diselesaikan sehingga dia berkeinginan maju kembali sebagai DPD? ''Secara kolektif yakni amandemen UUD 45Yang jadi titik fokus adalah kewenangan dan eksistensi bagi DPD itu sendiri," jelasnya.

Mengenai kemenangannya yang kedua dalam kancah pemilihan langsung anggota DPD, Maria mengatakan tidak mempunyai persiapan khusus.

Bahkan, waktu optimal yang dimanfaatkan untuk meyakinkan konstituen hanya sekitar enam bulan"Sebagai incumbent, waktu saya banyak dihabiskan di Jakarta untuk membahas program legislasi nasional (prolegnas)Bisa dibilang, 80 persen dihabiskan di Jakarta," katanya.

Berbeda dengan calon DPD lainnya yang mempunyai waktu banyak untuk bersosialisasi, Maria memanfaatkan waktu yang sempit itu untuk benar-benar bertemu dengan konstituen dan berbicara dari hati ke hati, mendengarkan langsung keinginan dan harapan mereka atas keberadaan anggota DPD untuk memajukan Kalbar(kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Daisy Fajarina Mencari Kejelasan Nasib Manohara Odelia Pinot


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler