Winning Meal Project, Cara Ajinomoto Dongkrak Prestasi Atlit Indonesia

Senin, 15 April 2019 – 11:01 WIB
Program “Winning Meal Project” yang digagas oleh Ajinomoto Indonesia. Foto : Ist

jpnn.com, JAKARTA - Asupan gizi menjadi hal mendasar yang harus diperhatikan dalam menopang prestasi para atlit di dunia olahraga internasional berprestasi. 

Di negara maju, gizi para atlit sudah diperhatikan bertahun-tahun sebelum mereka bertanding. 

BACA JUGA: Persembahan Fadli Zon buat Pengibar Dwiwarna & Pengumandang Takbir di Puncak Bumi

Menurut Emilia E. Achmadi MS ahli gizi klinis di bidang olahraga, gizi menjadi bagian fundamental yang wajib diperhatikan. 

“Malah, di China, Amerika, dan Jepang, gizi para atlit dimulai sejak mereka berusia 6 tahun (usia sekolah dasar yang dijadikan kurikulum pendidikan),” katanya.

BACA JUGA: Bukan Hoaks, Bukan Kampanye! Ini Jokowi Mau Umrah

Ketika si atlit tersebut beranjak remaja, mereka sudah siap bertanding dengan gizi yang baik. 

“Di beberapa cabang olahraga, persiapan gizi khusus sport performance sesuai dengan disiplin/cabang olahraga dilakukan delapan tahun sebelum si atlit bertarung di arena,” sambungnya.

BACA JUGA: Akun Twitter Diretas Fitnah UAS, Said Didu Enggan Lapor Polisi, Rugi Sendiri

Kondisi ini diakui Emilia, belum diterapkan di Indonesia secara benar dan konsisten dengan sistem formulasi, produksi, monitoring dan evaluasi secara profesional.

Hal inilah yang membuat dia tergerak ketika diajak dalam program “Winning Meal Project” yang digagas oleh Ajinomoto Indonesia. 

Dia mengaku tertarik dengan program ini karena sesuai dengan idealismenya sebagai ahli gizi. 

“Karena menurut saya, peran private sector dibutuhkan untuk peningkatan kualitas dari atlit nasional,” tuturnya.

Emilia menambahkan, melalui program ini dia fokus memerhatikan dan menyiapkan asupan gizi atlit renang I Gede Siman Sudarwata. 

Siman yang merupakan pria asal Bali ini, telah pernah menyabet empat medali emas di ajang SEA Games 2011 di Palembang.

“Banyak masyarakat yang belum paham, bahwa asupan gizi para atlit tidak bisa disamakan dengan asupan orang rata-rata. Bahan bakar mobil balap tidak sama dengan bahan bakar mobil biasa bahkan lebih spesifik lagi tergantung mobil balap jenis apa! Para atlit mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, beban latihan yang tak sama, dan histori cedera yang berbeda pula, tentu hal ini akan memengaruhi dengan asupan gizi yang dibutuhkan setiap atlit,” ungkap Emilia.

Melalui “Winning Meal Project” Emilia menyusun asupan gizi untuk Siman sesuai dengan kondisi fisik, pengukuran anthropometric, dan periodisasi latihan dengan Peak Performance yang menjadi goal.

Makanan sehari-hari Siman sebelum dan sesudah latihan akan disiapkan secara detail. 

“Gizi sebelum dan sesudah latihan akan sangat berbeda. Misalnya, di 45 menit setelah latihan berat para atlit membutuhkan gizi khusus untuk memaksimalkan recovery process menuju sesi latihan berikut dan mencegah cedera, karena di saat itulah harus ada asupan untuk mengembalikan dan memperbaiki bagian tubuh yang rusak. Bila hal ini tidak dilakukan, maka fisik si atlit akan cepat menurun,” paparnya.

Makanan sehari-hari Siman sebelum dan sesudah latihan akan disiapkan secara detail. Contohnya, Siman telah melakukan pencapaian rekor nasional dari 50 meter gaya punggung, dengan waktu 25.01 detik.

 “Patokan itulah yang akan menjadi acuan Winning Meal Project (WMP) ke depannya,” terangnya.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Setelah Pengumuman Hasil Tes PPPK, Honorer K2 Terbagi 3 Kelompok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler