JAKARTA -- Calon wakil presiden (cawapres) Wiranto mendorong digalakkannya perkawinan antarsukuHal ini penting, kata Wiranto, untuk menekan berkembangnya fanatisme kedaerahan
BACA JUGA: Erdin Odang: Anggota PPM Tidak Golput
Wiranto sendiri sudah melakukan perkawinanantar suku, dimana istrinya, Ny Uga Wiranto, berasal dari Gorontalo."Para pemuda-pemudi yang belum kawin, mari kawin antarsuku, sehingga nantinya tidak ada lagi suku ini suku itu, tapi yang ada adalah suku Indonesia
BACA JUGA: Bawaslu Diminta Awasi Kampanye Hitam
Istri saya dari GorontaloBACA JUGA: Atribut Dirusak, Kubu JK-Win Lapor Polisi
Tema debat adalah 'Pembangunan Jati Diri Bangsa' yang dimoderatori Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Prof Komaruddin Hidayat.Wiranto mengatakan hal itu menjawab pertanyaan Komaruddin tentang munculnya problem desentralisasiDikatakan Komaruddin, sekarang muncul fanatisme kedaerahan lantaran pegawai-pegawai pemerintahan di daerah tidak berada di bawah Kantor Wilayah yang merupakan kepanjangan pusat di daerahMobilitas pegawai sangat rendah, hanya berkutat pada daerahnya sajaKata Komaruddin, ini berbahayaKetiga cawapres diminta tanggapannya mengenai hal itu.
Wiranto mengaku tidak khawatir bakal terjadi disintegrasi bangsa, meski diakui, problem kebijakan desentralisasi bisa memunculkan fanatisme kedaerahanYang penting, katanya, harus ada kebijakan untuk menekan hal yang negatif ituSecara alamiah, pembauran antarsuku sudah biasa terjadi dengan banyaknya warga Indonesia yang melakukan perkawinan antarsuku
Sementara, terkait dengan kekhawatiran fanatisme kedaerahan di kalangan pegawai, Wiranto mengatakan, hal itu bisa diatasi dengan kebijakan tour of duty dan tour of area"Harus ada tour of duty dan tour of area secara berkala untuk menghindari fanatisme kedaerahan," ujar pasangan capres Jusuf Kalla itu.
Pernyataan Wiranto disetujui cawapres PrabowoDisebutkan, proses integrasi bangsa juga bisa berjalan secara alamiah, antara lain dengan perkawinan antarsukuNamun, kata Prabowo, sebenarnya para pendiri bangsa ini sudah memikirkan masalah itu, yakni dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu
Boediono juga optimis desentralisasi tidak berakibat fatal pada munculnya sukuismeDikatakan, sebagai dosen, dirinya punya mahasiswa dari berbagai suku"Sebagai guru, saya punya mahasiswa dari berbagai sukuSemuanya bisa menyatu," ucapnyaSelain itu, dia berpendapat, kekhawatiran fanatisme kedaerahan bisa diatasi dengan pembangunan infrastruktur yang menghubungkan daerah satu dengan daerah lainnya"Sehingga arus barang, arus informasi, dan arus orang bisa terjadi dengan cepatdan generasi muda sekarang mobilitasnya sudah cukup tinggi," ujarnya(sam/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPI Akan Minta Klarifikasi Stasiun TV
Redaktur : Tim Redaksi