Wiranto Terinspirasi Briptu Norman

Hanura Genjot Pencitraan, Menang-Kalah Urusan Belakangan

Sabtu, 21 Mei 2011 – 00:12 WIB

JAKARTA - Popularitas Briptu Norman pascakemunculan video lipsync di YouTobe ternyata turut menginspirasi Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) WirantoMantan Panglima TNI itu merasa perlu menggeber pencitraan bagi partai yang dipimpinnya melalui beragam media.

Berbicara saat memberi kata sambutan pada peresmian media center Hanura, di DPP Hanura, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (20/5), Wiranto mengatakan, untuk menggenjot sosialisasi tentang keberadaan dan ide Hanura memang tidak bisa lagi dengan cara-cara biasa yang kini sudah ketinggalan

BACA JUGA: Pimpinan DPD Diminta Pertemukan Menkeu-Pemda NTB

Wiranto mencontohkan Briptu Norman yang namanya menjulang hanya lantaran muncul di YouTube.

Meski berpangkat Jendral, Wiranto sadar bahwa saat ini popularitasnya jauh di bawah Briptu Norman
"Briptu Norman hanya dengan chaiya-chaiya, hanya sehari saja di internet bisa ditonton jutaan orang, dikomentari di facebook, twitter

BACA JUGA: Idrus: Tak Ada Uang Tiket Politik di Golkar

Artinya efektifitas media saat ini sangat luar biasa," ucapnya.

Meski demikian Wiranto juga mengingatkan agar anak buahnya di Hanura dalam menyosialisasi ide-ide Hanura tetap dengan cara-cara yang cerdas dan elegan
"Kita tetap harus pakai cara-cara yang smart

BACA JUGA: PDIP Hanya Jaring Cawagub DKI Jakarta

Bukan hanya untuk menyosialisasikan apa yang akan dilakukan, tapi apa yang bisa dilihat dari yang sudah kita lakukan," ucapnya.

Wiranto sadar bahwa upaya Hanura dengan membentuk media center itu belum tentu bisa memenangi Pemilu 2014"Kalah atau menang itu urusan lainTapi yang penting masyarakat tahu ada kekuatan moral yang hendak melakukan perbaikanDan ini perlu disosialisasikan," ucapnya.

Sementara dalam sesi diskusi yang masih satu rangkaian dengan acara peresmian media center Hanura, pakar marketing politik dari Universitas Indonesia, Firmanzah mengatakan, pada 2014 nanti akan banyak pemilih pemula yang sangat melek dengan informasi teknologi (IT)Menurutnya, usia mereka saat ini sekitar 14-16 tahun.
"Pada 2014 nanti mereka yang sangat melek IT akan menjadi pemilih pemula yang harus mulai digarapPendekatan generasi ini beda denan nelayan atau buruh tani," ucapnya.

Dekan Fakultas Ekonomi UI itu menambahkan bahwa citra yang pernah jatuh tetap bisa dibangung ulangNamun demikian Firmanzah juga mengingatkan, upaya untuk membangun ulang citra itu juga bergantung tentang cara mengefektifkan peran media"Ujung tombak Hanura akan berpulang pada efektivitas media centernya," ucapnya.

Sedangkang pengamat politik yang juga peneliti dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, menyatakan, sudah sejak 2004 lalu Indonesia memasuki era telepolitikMenurutnya, istilah telepolitik mulai muncul saat debat kandidat presiden AS, Richard Nixon melawan John F KennedyNamun fenomena telepolitik baru merambah Indonesia pada Pilpres 2004, ketika Debat Capres disiarkan langsung oleh televisi

Burhanuddin menjelaskan, di era telepolitik maka peran kader dan infrastruktur partai menjadi berkurang"Karena dengan pola lama yang konvensional, berapa banyak biaya yang dibutuhkan calon untuk menemui puluhan juta pemilih" Tapi dengan media itu bisa lebih mudah dan efektif," ulasnya.

Lebih lanjut Burhanuddin mengatakan bahwa bagi parpol ataupun kandidat presiden, media punya peran penting"Media penting untuk win the election (memenangi pemilihan)," ucapnya.

Meski demikian Burhanuddin juga mengingatkan, ada faktoir lain yang tak kalah penting"Di masyarakat kita, figur itu lebih penting," pungkasnya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPD : Semakin Jarang Pemimpin Yang Negarawan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler