Wisata Banyuwangi Jadi Instrumen Pembangunan Sektor Lain

Selasa, 12 Agustus 2014 – 00:15 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pengembangan wisata tidak hanya soal urusan mendatangkan wisatawan untuk meraih manfaat ekonomi. Pengembangan wisata juga menjadi simpul untuk pembangunan berbagai sektor lainnya.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, terdapat lima hal besar yang bersumber pada pengembangan wisata. Pertama, konsolidasi infrastruktur. Setiap pengembangan destinasi wisata bisa dipastikan harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur, baik itu jalan, jembatan, kelistrikan, teknologi, maupun air di sekitar destinasi.

BACA JUGA: Wali Kota Yakini ISIS Belum Masuk Batam

"Misalnya, ajang Banyuwangi International Tour de Ijen diikuti dengan perbaikan 600 kilometer jalan. Pengembangan destinasi Pantai Pulau Merah juga diikuti perbaikan jalan ke lokasi. Tapi ada beberapa destinasi yang infrastrukturnya tetap apa adanya, ada yang jalannya tetap tanah di tengah hutan karena memang konsepnya adventure," ujar Anas di sela ajang EAROPH (Eastern Regional Organisation for Planning and Human Settlements) Congress di Jakarta, Senin (11/8). 

Sejumlah kepala daerah, baik dari dalam maupun luar negeri, tampil di kongres tersebut untuk berbagi pengalaman membangun daerah.

BACA JUGA: Jembatan Comal Tertutup bagi Kendaraan Berat

Kedua, sambung Anas, adalah konsolidasi budaya. Dia mencontohkan bagaimana Banyuwangi menumbuhkan rasa bangga warga terhadap budaya daerahnya dengan festival budaya yang dikemas dalam atraksi wisata. Festival Gandrung Sewu, misalnya, diikuti penari cilik dari seluruh desa.

"Mereka yang dulu berlatih menari hanya ditonton di pentas desa, sekarang berlatih untuk ditonton wisatawan asing dan tokoh-tokoh nasional. Menumbuhkan kebanggaan ini jadi modal sosial penting untuk pembangunan daerah. Dan itu inti kasih sayang ketika warga sudah merasa memiliki dengan daerahnya. Jika rakyat tidak bangga, jangan harap pembangunan bisa berhasil," papar Anas.

BACA JUGA: Demi Kemajuan Petani, Gubernur Gorontalo Siap Fasilitasi Peneliti

Ketiga, konsolidasi lingkungan. Setiap pengembangan destinasi wisata alam harus diikuti dengan pelestarian lingkungan, karena wisatawan mencari daerah yang bersih dan nyaman untuk menyegarkan pikiran. "Misalnya, di Pantai Boom Banyuwangi yang kini marak dengan wisata melepas tukik atau anak penyu harus bersih karena penyu hanya mau merapat ke pantai yang bebas polusi," tuturnya.

Keempat, konsolidasi humanisme. Lewat wisata, manusia menghargai satu sama lain. Penduduk lokal berinteraksi dengan wisatawan untuk sama-sama memberi manfaat positif.

Kelima, pengembangan wisata akan membentuk perilaku manusia. "Penduduk lokal akan punya tourism behaviour, lebih ramah, sopan, dan menghargai perbedaan," ujar Anas.

Dia menambahkan, lewat berbagai upaya, sektor wisata di Banyuwangi kian membaik. Promosi beragam atraksi wisata dalam Banyuwangi Festival yang diadakan tiap tahun terus meningkatkan kunjungan turis. Pada 2013, turis lokal mencapai 1.057.952 orang, tumbuh 22 persen dibanding 2012 sebesar 860.831 orang. Adapun turis asing pada 2013 mencapai 10.462 orang, naik 90,14 persen dibanding 2012 2012 sebesar 5.502 orang.

Berdasarkan survei independen, belanja turis asing di Banyuwangi sebesar Rp 2 juta per hari per orang, sehingga dari wisatawan asing ada devisa sekitar Rp 52 miliar. "Itu dari turis asing saja, belum yang dari lokal. Ini jadi dampak berganda untuk menggerakkan ekonomi," kata Anas. (eri/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kota Serang Mudah Disusupi ISIS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler