Wiwiek Anggraini, Perempuan Relawan Pemadam Karhutla di Riau, Semangat meski Sesak Napas

Rabu, 28 Oktober 2015 – 10:18 WIB
Wiwiek Anggraeni saat berjuang menadamkan api di hutan Riau. FOTO: JPG

jpnn.com - WIWIEK Anggraeni tak tinggal diam ketika kondisi udara di Pekanbaru dan sekitarnya sudah masuk kategori berbahaya akibat kebakaran hutan dan lahan. Wiwiek pun memutuskan untuk ikut berjuang memadamkan api.

Terlibat dalam kegiatan sosial bukanlah hal baru bagi Wiwiek Anggraini. Sejak 2013 mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris Universitas Riau (Unri) itu sudah bergabung di relawan Rumah Zakat Pekanbaru. 

BACA JUGA: Begini Rasanya Melintas di Tikungan 14 Sepang, Lokasi Rossi "Tendang" Marquez dengan Motor Bebek

Bagi dia, aktif sebagai relawan adalah panggilan jiwa. Namun, terlibat dalam relawan pemadam kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan pengalaman baru baginya.

"Awalnya berawal dari rasa penasaran bagaimana sih kerja (memadamkan api, Red) di lapangan," ujarnya Senin (19/10). 

BACA JUGA: Albiner Sitompul, dari Istana jadi Sutradara Drama Refleksi Sumpah Pemuda, tentang Cinta

Bersama tim relawan, Wiwiek akhirnya mulai terjun pada 14 September. Mereka kebagian lokasi di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau. 

"Setelah berkoordinasi dengan petugas, besoknya kami langsung ikut turun memadamkan," ujar gadis kelahiran Pitalah, Sumatera Barat, 16 Desember 1992, itu.

BACA JUGA: Tiba-tiba Pengunjung Inul Vista Teriak, Tolong, Tolong...

Kendala utama yang dihadapi Wiwiek dan para relawan untuk memadamkan api adalah keterbatasan alat. Dia sendiri pernah mengalami, api yang hendak dipadamkannya terus membakar permukaan gambut dan tumbuhan kering di atasnya. 

"Karena berada dekat, langsung di titik kebakaran, asapnya full. Akibatnya, sesak napas. Mata perih juga," ungkap dia.

Menurut Wiwiek, ada sepuluh relawan dari Rumah Zakat yang turun memadamkan api setiap hari. Dia perempuan satu-satunya. 

Meskipun harus berjibaku dengan api dan terpaan asap, Wiwiek tidak jera. Dia justru merasa banyak hikmah yang dapat dipetik. Termasuk menambah relasi dan pengalaman. Dia mengajak para anak muda bersama-sama peduli terhadap karhutla.

"Saya sempat membuat status di media sosial. Ada dokumentasi aksi kami sebelumnya. Isinya mengajak teman-teman ikut turun memadamkan api di lokasi. Akhirnya ada beberapa teman yang mau ikut," terang Wiwiek. (soleh saputra/JPG/c9/pri)

 

(Sejumlah sosok ini diangkat pada Edisi Khusus Jawa Pos-Induk JPNN. Mereka adalah para pemuda-pemuda yang tidak menangis dalam kondisi runyam yang menerjang diri, lingkungan atau bangsanya.

Dengan tekad baja, mereka bergerak untuk mengubah kondisi eksternal yang yang tidak menguntungkan. 

Merekalah penantang krisis. Persona yang dengan sigap menyerap stamina dan antusiasme sebesar pendahulu mereka, peserta Kongres Pemuda II di Gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, Jakarta, 26-28 Oktober 1928.)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Shita, Korban Kebakaran Inul Vista Itu Baru Saja Diwisuda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler