jpnn.com - JAKARTA - Kondisi Mesir kian memburuk. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) akhirnya menjalankan proses evakuasi WNI. Tetapi, evakuasi yang sudah dijalankan itu belum berbentuk evakuasi ke luar Mesir. Namun, memindahkan WNI dari kota rawan rusuh ke kota di Mesir yang lebih aman. Sebagian WNI yang sudah dievakuasi ada di kawasan Alexandria.
Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Tatang A. Razak mengatakan, jumlah WNI yang dievakuasi ke luar kawasan Alexandria sekitar puluhan orang. Itu tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan jumlah WNI secara keseluruhan di Mesir. "Sampai saat ini seluruh WNI di Mesir berjumlah sekitar 300 orang," tandasnya dalam rapat koordinasi nasional (rakornas) perlindungan WNI di Jakarta kemarin.
BACA JUGA: Kurang Komunikasi Jadi Penyebab Kecelakaan Pesawat Asiana Korea
Tatang mengatakan, hampir seluruh WNI di Mesir berstatus mahasiswa. Dia menyebutkan bahwa secara umum sampai saat ini kondisi WNI masih aman. "Belum ada yang menjadi korban dalam pertumpahan darah di Mesir," kata dia.
Berdasar pantauan Tatang, WNI mudah dikondisikan. Dengan status mereka sebagai pelajar, pihak Kemenlu tidak terlalu kesulitan untuk melakukan komunikasi atau bahkan evakuasi darurat. Berbeda dengan WNI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, proses evakuasi atau komunikasi harus mendapatkan izin dari majikan.
BACA JUGA: Terima Informasi Terbaru tentang Sebab Kematian Lady Di
Rumitnya evakuasi WNI yang berstatus pembantu rumah tangga sampai saat ini dialami Kemenlu untuk kawasan Syria. Sejumlah diplomat Indonesia mengeluhkan sulitnya mendapatkan izin dari majikan untuk menjalankan evakuasi. Bahkan, saat ini pemerintah Indonesia mengirim 15 tim ahli ke Syria. Tim ahli yang jago berbahasa Arab itu dikirim untuk melobi majikan para WNI supaya bisa memberikan izin pulang ke Indonesia.
Wakil Menlu Wardana menuturkan, tugas pemulangan WNI di Syria masih terus berlanjut hingga saat ini. Dia mengatakan, tim pemulangan kesulitan untuk pengurusan exit permit. Diungkapkan, dokumen exit permit itu umumnya tersendat gara-gara majikan WNI tidak memberikan izin pulang ke tanah air. "Bagaimanapun, para TKI itu terikat kontrak dengan majikannya," tandas dia.
BACA JUGA: Indonesia Pimpin Konferensi Anti-Trafficking
Di tengah dilema pemulangan WNI ke tanah air, Wardana melaporkan perkembangan penanganan kasus WNI di luar negeri. Dia menyebutkan bahwa secara berangsur-angsur jumlah kasus yang mendera WNI turun setiap tahun. Pada 2011 Kemenlu mencatat, 38.880 kasus dialami WNI. Selanjutnya, pada 2012 kasus turun menjadi 19.218 dan selama 2013 ini ada 9.359 kasus.
Dari Kairo dikabarkan, pasukan keamanan Mesir berhasil menyerbu masuk dan membersihkan Masjid Al Fath. Masjid itu dipakai sebagai tempat berlindung peserta demonstrasi pendukung Ikhwanul Muslimin sejak aksi unjuk rasa marak lagi Jumat (16/8). "Seluruh pemrotes telah digelandang ke luar masjid dan banyak di antara mereka lalu ditahan," kata pejabat keamanan setempat.
Barikade di dalam masjid dibentuk peserta protes sebagai wujud perlawanan setelah aparat keamanan menembaki pendukung presiden yang digulingkan, Muhammad Mursi. Aksi bertahan dalam masjid berlanjut hingga Sabtu (17/8). Masjid itu jadi tempat para pemrotes untuk merawat korban luka serta menyalatkan jenazah kawan mereka yang jadi korban dalam bentrokan.
Sementara itu, pejabat sementara perdana menteri Mesir telah mengajukan proposal agar organisasi Ikhwanul Muslimin kembali dibekukan. Partai pendukung Mursi itu pernah dilarang di bawah pemerintahan Presiden terguling Hosni Mubarak. Jika proposal itu secara hukum disetujui, seluruh asetnya bisa disita negara. (wan/bbc/arb/c10/c13/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Makin Panas, Puluhan Gereja di Mesir Dibakar
Redaktur : Tim Redaksi