WNI Ini Sebut Banyak Ranjau Targetkan Warga Sipil di Kyiv

Selasa, 19 April 2022 – 14:34 WIB
Ilustrasi - Pemandangan menunjukkan daerah perumahan yang rusak akibat penembakan saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di kota Irpin, di wilayah Kyiv, Ukraina, Selasa (29/3/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Serhii Mykhalchuk/foc/sad.

jpnn.com, JAKARTA - Warga Negara Indonesia (WNI) Pepi Aprianti mengaku menyaksikan tindakan tentara Rusia yang berupaya menyerang warga sipil di Ukraina.

Dia melihat para tentara Rusia menanam ranjau darat di daerah perkotaan yang dihuni warga sipil.

BACA JUGA: Presiden Prancis Tak Mau Bicara dengan Vladimir Putin, Ini Alasannya

Pepi sempat tinggal di Kyiv, bersama suaminya, tetapi invasi Rusia di Ukraina membuatnya harus pergi ke Vinnytsia.

Saat ini, pasukan Rusia ditarik dari Kyiv. Meski begitu, Pepi mengaku belum bisa kembali.

BACA JUGA: Prabowo Terima Pria Ini di Kantor Kemenhan, Singgung Perang Ukraina

"Kami harus menunggu sampai tentara Ukraina membersihkan ranjau darat yang ditanam Rusia," kata Pepi, dalam acara Kopi Timur yang digelar Rakyat Merdeka Online (RMOL), baru-baru ini.

Presiden Rusia Vladimir Putin memang enggan menyetujui konvensi pelarangan penggunaan ranjau anti personel (Konvensi Ottawa) yang disepakati ratusan negara di Oslo, Norwegia pada 18 September 1997.

BACA JUGA: Dino Patti Djalal: Berempatilah pada Ukraina, Ini Penindasan!

Rusia beralasan kurang memiliki alternatif senjata selain senjata ranjau antipersonel.

Mereka juga mengaku mengalami kesulitan finansial dalam menghancurkan persediaan ranjau.

Rusia menilai penggunaan ranjau diperlukan untuk menghentikan aliran senjata, obat-obatan, dan teroris.

Dengan begitu, Rusia menggunakan ranjau antipersonel di wilayah-wilayah jajahan mereka seperti Chechnya, Dagestan, Tajikistan, dan perbatasan dengan Georgia sejak 1999.

Rusia telah memproduksi 10 jenis rantau antipersonel sejak 1992 yang terdiri dari ranjau ledakan dan ranjau fragmentasi.

Adapun jenis ranjau ledakan yang diproduksi Rusia ialah PMN, PMN-2, PMN-4, dan PFM-1S.

Sementara itu, jenis ranjau fragmentasinya ialah POMZ-2, OZM-72, MON-50, MON- 90, SEN-100, dan SEN-200.

Negara bekas Soviet itu mengekspor produksi ranjau ke 30 negara, salah satunya Suriah.

Sejak 2012, tentara Suriah telah menggunakan ranjau antipersonel PMN-2 dan PMN-4 serta ranjau antikendaraan TMN-46 dan TM-62 di sepanjang perbatasannya dengan Lebanon dan Turki.

Kelompok bersenjata Batalyon Zarya yang beroperasi di Donetsk dan Lugansk Ukraina Timur juga memasang ranjau antipersonel PMN-4 dan ranjau antikendaraan TM-62M sejak 2014.

Pepi mengaku tidak hanya mengkhawatirkan ancaman ranjau, tetapi juga serangan rudal jarak jauh yang menyasar masyarakat sipil.

Dia menjelaskan, Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko mengimbau masyarakat untuk tidak kembali karena masih ada ancaman serangan udara di Kyiv.

"Saya bersama WNI yang lain ikut merasakan bagaimana terornya serangan rudal Rusia setiap jam,” ujar Pepi.

Menurut dia, serangan rudal Rusia menyasar sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, hingga pemukiman warga sipil. (mcr9/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia Terus Menyerang, Ukraina Kesulitan Mengevakuasi Warga Sipil


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler