jpnn.com - JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan, ada potensi deflasi terjadi bulan ini. Berdasar survei, potensi deflasi pada Oktober didukung sejumlah volatile food yang turun harga.
''Itu satu tambahan keyakinan kita nanti sampai akhir tahun inflasi di kisaran 4 persen. Bahkan bisa kurang dari 4 persen,'' ujarnya di Jakarta akhir pekan lalu.
BACA JUGA: KPR Subsidi di NTT Tumbuh Pesat, Ini Penjelasannya
Menurut dia, penurunan haega volatile food bakal mendorong deflasi 0,09 persen pada Oktober. Angka tersebut lebih tinggi daripada deflasi pada September lalu.
Sebagaimana diwartakan, turunnya sejumlah harga bahan pangan serta biaya transpor pada September mengakibatkan deflasi 0,05 persen. Penurunan harga bahan pangan diperkirakan masih berlanjut pada Oktober.
BACA JUGA: DPR Nilai Pemerintah Menafikan Data BPS
Selain itu, tren inflasi Oktober dalam beberapa tahun belakangan tercatat beragam. Pada Oktober 2011, terjadi deflasi 0,12 persen, kemudian inflasi pada 2012 sebesar 0,16 persen. Setelah itu, inflasi rendah pada Oktober 2013 sebesar 0,09 persen dan tercatat 0,5 persen pada Oktober tahun lalu.
Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menjelaskan bahwa perkiraan deflasi 0,09 persen pada Oktober terutama dipengaruhi penurunan harga daging ayam dan bawang merah.
BACA JUGA: Soal Kontrak Karya Freeport, Menteri ESDM Sudirman Said Offside!
Didukung pula penundaan penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) rumah tangga berdaya 1.300 VA dan 2.200 VA serta pemberian diskon 30 persen tarif TTL pada industri.
''Survei sampai minggu kedua Oktober memang deflasi 0,09 persen. Terutama disumbang volatile food. Ini yang bisa dimonitor secara langsung. Untuk inflasi inti, kan tidak banyak komoditas yang kita survei,'' kata dia.
Sebelumnya, BI menyatakan bahwa membaiknya beberapa indikator ekonomi sepanjang kuartal III 2015 membuat bank sentral memiliki sejumlah alasan untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Agus mengisyaratkan bahwa pihaknya mempunyai ruang untuk penurunan suku bunga acuan (BI rate).
Agus mengungkapkan, perkembangan baik tersebut didasarkan pada inflasi yang rendah. Otoritas moneter itu yakin inflasi pada akhir tahun akan sesuai dengan target sasaran, bahkan bisa lebih rendah daripada target BI. Yakni, 4 persen plus minus 1 persen.
Selain itu, perkiraan pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tahun ini diyakini mampu berada di level 4,85 persen. Proyeksi tersebut naik jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan pertama dan kedua tahun ini yang masing-masing 4,7 persen dan 4,67 persen.
''Kekhawatiran dunia bahwa Indonesia akan melambat seperti Brasil, Rusia, Afrika Selatan, ataupun Turki ternyata tidak terbukti. Kita harus berjuang agar triwulan empat bisa lebih baik,'' tuturnya. (dee/c14/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Catat Nih! Pemerintah Komitmen Kurangi Impor Beras
Redaktur : Tim Redaksi