jpnn.com - MASYARAKAT petani Keramba Jaring Apung (KJA) di pesisir Danau Toba membudidayakan ikan emas dan nila. Selain itu, mereka juga membudidayakan ikan patin yang hasilnya sangat menggiurkan.
Kaspar Purba salah seorang petani KJA di Haranggaol telah membuktikannya. Dikatakannya, produksi ikan patin ini mampu menghasilkan bobot hingga 4 Kg per ekor. Selain itu, proses pengurusannya tidak membutuhkan banyak biaya. Setidaknya, jika dibandingkan dengan biaya budidaya ikan mas dan ikan nila.
BACA JUGA: Si Unyil Hadir Lagi dalam Format Animasi 3D
“Ikan patin ini tergolong sangat rakus terhadap pakan. Ini membuat proses pasca panen semakin cepat. Ditambah lagi dengan rasa dagingnya yang sangat gurih dan manis. Membuat jenis ikan yang mirip lele ini sangat laris di pasaran,” ujar Kaspar saat memberi pakan pelet di lokasi KJA Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan.
“Tempo 6 bulan sudah bisa panen,” tambah Kaspar.
BACA JUGA: Mengenang 83 Tahun Perebutan Kapal Perang Belanda De Seven Provincien
Selain mampu menghasilkan bobot 4 Kg per ekor, harga pemasarannya juga tergolong lumayan. Saat ini harga pasaran mencapai Rp 16 ribu per Kg. Sehingga dengan menghasilkan bobot 4 kg per ekor, petani ikan patin mampu meraup Rp 64 ribu per ekornya.
“Dibandingkan dengan ikan mas dan ikan nila, keuntungan membudidayakan ikan patin masih lebih besar,” terangnya.
BACA JUGA: Distrik Trikora: Tak Ada Listrik, Tertutup Kabut, tapi Ada Bule Belanda
Hanya saja, masyarakat petani KJA lainnya belum mengetahui potensi bisnis budidaya ikan patin.
“Seperti itulah hitung-hitungannya. Hanya saja belum semua petani KJA mengetahui itu,” kata Kaspar Purba sembari berharap petani lainnya ikut membudidayakan ikan patin.
Ketertarikan Kaspar untuk membudidayakan ikan patin diawali ketika temannya dari Jakarta memberikan penjelasan prospek budidaya ikan patin.
Setelah dipelajari, Kaspar yang sebelumnya bertani ikan nila dan mas, memutuskan beralih ke ikan patin sejak tahun 2015 lalu. Saat ini ia telah memiliki 15 petak keramba di perairan Danau Toba. Untuk satu petak, bibit yang dimasukkan mencapai 10 ribu ekor.
“Saat ini masih saya sendiri yang membudidayakan ikan ini. Mudah-mudahan yang lain bisa ikut,” tambahnya. (oga/pra/Metro Siantar/JPG)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tentang Kesibukan Prajurit Memasak di KRI Soeharso
Redaktur : Tim Redaksi