Wow, Lazada Dicaplok Raksasa E-Commerce Tiongkok, Nilainya...

Kamis, 14 April 2016 – 10:12 WIB
Jack Ma pendiiri raksasa e-commrce Alibaba Group. FOTO: AFP

jpnn.com - RAKSASA e-commerce Tiongkok, Alibaba Group, makin tak terbendung. Kini perusahaan yang didirikan Jack Ma itu semakin menggurita di pasar ASEAN setelah mengambil alih Lazada Group. Total nilai akuisisi USD 1 miliar atau sekitar Rp 13,17 triliun. 

Alibaba Group Holding pada Selasa (12/4) mengumumkan telah menandatangani perjanjian akuisisi saham pengendali di Lazada Group yang merupakan platform e-commerce di Asia Tenggara. Transaksi terbagi dua. Pertama, investasi USD 500 juta yang merupakan injeksi modal baru. Kedua, akuisisi pemegang saham tertentu Lazada senilai USD 500 juta. 

BACA JUGA: Wow, Itjen Kemenhub Selamatkan Uang Negara Rp 1,117 triliun

Tidak disebutkan pemegang saham Lazada mana saja yang diakuisisi Alibaba. Termasuk besaran persentse kepemilikannya. Yang pasti, Lazada didirikan dan dimiliki Rocket Internet SE sejak 2011 dan berpusat di Singapura. Rocket Internet SE merupakan perusahaan publik di Jerman. 

Dalam situs resminya, komposisi kepemilikan Rocket Internet SE terdiri atas Global Founders (38,1 persen) dan Kinnevik (13,2 persen). Kemudian, United Internet (8,3 persen), Baillie Gifford & Co (6,8 persen), Philippine Long Distance (6,1 persen), Access Industries (6,0 persen), dan publik (21,5 persen). Untuk Philippine Long Distance yang merupakan perusahaan telekomunikasi, sekitar 25,6 persen sahamnya dimiliki First Pacific Co Ltd milik keluarga Salim. 

BACA JUGA: Pesawat Boeing Dominasi Populasi Pesawat Nasional

Presiden Alibaba Michael Evans menyatakan, transaksi itu diharapkan membantu merek dan distributor di seluruh dunia yang sudah melakukan bisnis pada platform Alibaba. Di samping itu, pedagang lokal untuk mengakses pasar konsumen Asia Tenggara. Sebab, Lazada saat ini beroperasi di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. 

Jika dikombinasikan, enam negara di kawasan ASEAN itu memiliki penduduk sekitar 560 juta dan pengguna internetnya diperkirakan lebih dari 200 juta. Data tersebut merujuk Internet Live Stats. 

BACA JUGA: Keran Impor Truk Bekas Dibuka, Otomotif Nasional Bisa Hancur

Meski saat ini pasar e-commerce ASEAN baru setara 3 persen dari total penjualan ritel, Asia Tenggara menawarkan potensi pertumbuhan tinggi dan menjadi pertimbangan utama bagi Lazada serta Alibaba untuk terus berekspansi. 

”Globalisasi adalah strategi penting untuk pertumbuhan Alibaba Group hari ini dan menuju masa depan,” kata Evans. Dengan investasi di Lazada, lanjut dia, Alibaba mendapatkan akses ke platform dengan basis pasar besar dan berkembang di luar Tiongkok. 

”Tim manajemen terbukti memiliki dasar yang kuat untuk pertumbuhan masa depan di salah satu daerah yang paling menjanjikan untuk e-commerce global. Investasi ini sejalan dengan strategi kami menghubungkan merek, distributor, dan konsumen di mana pun mereka berada dan mendukung ekspansi ekosistem kami di Asia Tenggara untuk lebih melayani pelanggan kami,” ulasnya. 

CEO Lazada Group Max Bittner menyambut gembira kehadiran Alibaba dalam salah satu platform bisnisnya di sektor consumer goods. ”Kami sangat gembira dengan bergabungnya Alibaba dan melihat sinergi yang signifikan untuk mendorong terjadinya manfaat besar bagi pelanggan kami di Asia Tenggara,” tuturnya. 

Asia Tenggara merupakan salah satu basis pasar besar untuk produk ponsel pintar. Terbuka ruang besar untuk pertumbuhan pasar e-commerce. ”Transaksi ini akan membantu kita mempercepat tujuan menyediakan aneka ragam produk secara luas dan unik terhadap 560 juta konsumen,” timpalnya. 

Credit Suisse (Hongkong) Limited dan Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan eksklusif untuk transaksi akuisisi oleh Alibaba itu. (gen/c7/oki) 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Industri Keramik Penetrasi ke Australia dan Filipina


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler