jpnn.com, SURABAYA - PT XL Axiata Tbk gencar mengakuisisi pelanggan baru dengan berbagai program.
Di antaranya, tarif menelepon murah Rp 1 per detik sampai Rp 3 per detik ke semua operator.
BACA JUGA: Ya Ampun, Mbak Evi Menilap Motor Bermodus Indehoi
Tarif rendah tersebut digencarkan di wilayah Madura dengan Rp 1 per detik.
Vice President XL East Region Desy Sari Dewi menuturkan, selama ini persaingan antaroperator untuk tarif telepon murah sangat ketat.
BACA JUGA: Dek Rema, Rerata Setiap Hari Ada Tambahan 15 Janda
Terutama di daerah-daerah yang basis pelanggannya masih didominasi layanan suara.
”Kami minimal harus mempertahankan pelanggan existing. Tetapi, ditargetkan bisa mengakuisisi pelanggan baru dengan program tersebut,” katanya, Rabu (29/3). Tarif itu pun digencarkan di daerah yang didominasi XL seperti Madura, Bali, maupun Mataram.
BACA JUGA: XL Siapkan Belanja Modal Rp 7 Triliun
Di tiga daerah tersebut, pangsa pasar XL bisa mencapai 60 persen.
Sementara itu, di Madura, pengguna layanan suara masih mendominasi sebesar 70 persen.
Selain XL, PT Indosat Ooredoo Tbk menerapkan tarif Rp 1 per detik di luar Jawa, Serang, dan Madura.
Voice memang masih menjadi penyumbang pendapatan yang tinggi bagi operator. Yakni, mencapai 65 persen bagi Indosat Ooredoo di Jatim.
Selain itu, kontribusi voice terhadap total pendapatan XL mencapai 40 persen di East Region.
Di Madura, XL menargetkan penambahan satu juta pengguna baru tahun ini.
Di East Region, penambahan pelanggan baru ditargetkan lima juta pengguna pada 2017.
Total pelanggan XL di East Region mencapai 15 juta. Dia menjelaskan, menggaet pelanggan baru dengan layanan data dinilai belum efektif.
”Pelanggan saat ini pintar-pintar. Untuk layanan data, mayoritas pelanggan hanya beli untuk sekali pakai, lalu dibuang. Mereka berkomunikasi dengan aplikasi media sosial sehingga tidak ada identitas nomor yang melekat,” ujarnya.
Tarif Rp 1 per detik hingga Rp 3 per detik memang hanya bisa dinikmati pelanggan baru.
”Yield-nya pun lebih tinggi voice daripada layanan data. Produksi layanan data cost memang tinggi. Tetapi, harga jualnya cukup rendah sehingga yield-nya minim,” paparnya.
Pertumbuhan voice mencapai 1–2 persen.
”Kalau pelanggan lama juga mendapatkan tarif seperti itu, nanti bisnisnya tidak sehat ke operator. Bisa membahayakan revenue operator,” terangnya. (vir/c16/sof)
Redaktur & Reporter : Ragil