jpnn.com - MARABAHAN – Pemerkosan keji terjadi di Barito Kuala, Kalimantan Selatan pada 29 September lalu.
Ironisnya, dua gadis yang menjadi korban memiliki keterbelakangan mental.
BACA JUGA: Tak Terima Digusur, Warga Caci Maki Ridwan Kamil
Mereka ialah Melati dan Bunga (keduanya nama samaran).
Keduanya sama-sama pelahar Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Marabahan tingkat SMP.
BACA JUGA: Jokowi Resmikan Terminal Bandara Ranai
Mereka diperkosa NS dan AR di di sebuah rumah berlantai dua di Desa Murung Raya, Kecamatan Bakupai.
Sepekan sebelum perbuatan asusila ini terjadi, kedua pelaku dan Melati berkenalan di taman siring Marabahan.
BACA JUGA: 4 Kapal Nelayan Asing Curi Ikan Saat Presiden Di Natuna, Akhirnya...
Perkenalan berlanjut hingga akhirnya Arsyad dan Melati menjalin hubungan asmara. Pertemuan pelaku dan korban makin intens.
Melati yang kangen pada Arsyad mengirimkan pesan singkat yang berisi keinginannya ke rumah sang kekasih di Murung Raya.
Korban dan pelaku janjian ketemu di jalan. Korban kemudian diajak pelaku ke rumah.
Setibanya di rumah, pelaku mengajak korban melakukan hubungan seks.
Pelaku sempat berontak. Tapi, karena diancam, akhirnya korban terpaksa menyerahkan keperawanannya kepada pelaku.
Perkosaan tersebut terjadi di lantai dua.
Di lantai satu, Bunga juga menjadi korban pencabulan NS.
Usai kejadian, korban tidak mau bercerita kepada orang tuanya.
Namun ketika sekolah, korban malah bercerita kepada guru bahwa dirinya telah diperkosa.
Sang guru langsung melapor ke orang tua korban. Mereka lantas melapor ke polisi.
Polisi langsung melakukan penangkapan terhadap kedua pelaku di rumahnya masing-masing.
“Saat ini kedua pelaku sudah ditahan di Polres Batola,” ujar Kabag Humas Polres Batola Iptu Gunadi Budiono saat ditemui, Rabu (5/10). (hni/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Geledah Kantor Ketua APBMI, Penyidik Poldasu Bawa Sejumlah Dokumen
Redaktur : Tim Redaksi