jpnn.com, MAKASSAR - Makassar, - Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) bersama changemakers dari Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek Makassar Je'ne Tallasa di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (30/11).
Proyek yang menerapkan teknologi inovatif untuk mengolah air hujan menjadi air minum itu akan diterapkan di kecamatan Tallo.
BACA JUGA: Keren, YABB dan Changemakers Bisa Ubah Banjir jadi Cadangan Air Tanah
Sebab, kecamatan itu merupakan satu dari lima yang mengalami krisis air bersih di Makassar pada 2021 lalu.
Demi air gratis, mereka harus rela terbuang dan kesehatan dipertaruhkan. Warga perlu menempuh jarak hingga satu kilometer menuju sumur air komunal, dan mengantri selama 2-3 jam untuk mendapatkan air yang tidak layak.
BACA JUGA: YABB Siap Cetak Talenta Teknologi Masa Depan Melalui Program Generasi GIGIH 2.0
Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa Monica Oudang mengatakan proyek itu dihadirkan sejalan dengan komitmen CCE untuk mewujudkan solusi yang sistemik dalam menangani permasalahan air di Indonesia.
"YABB dan changemakers hadir untuk mewujudkan akses air bersih melalui kolaborasi, teknologi, dan edukasi," kata Monica dalam siaran persnya, Jumat (2/12).
BACA JUGA: NU Care dan YABB Salurkan Ribuan Sembako di Empat Provinsi
Sementara itu, perwakilan Changemakers Makassar Jene Tallasa, Indah Febriany mengungkapkan pihaknya berkolaborasi dengan Tametotto untuk menerapkan teknologi pemanenan air hujan (PAH) bawah tanah dengan kapasitas besar, yaitu 160.500 liter.
Menurut dia, saat teknologi itu bekerja dengan kapasitas penuh, pasokan air bersih diestimasi bisa mencukupi 100 keluarga per hari.
Teknologi yang dibangun di area sekitar Kompleks Makam Raja-raja Tallo itu, kata dia, dinilai mampu mengurangi genangan air akibat curah hujan tinggi maupun luapan muara sungai di daerah padat penduduk dengan resapan air yang minim.
Indah menambahkan, dengan jarak hanya 100 meter dari pemukiman, sumber air bisa menghemat waktu para perempuan dan anak-anak yang mengambil air setiap hari.
Hal ini bisa memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan produktif seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan.
“Teknologi penyaringan air ini membantu 100 rumah tangga dan 37 sekolah mengurangi risiko terjangkit penyakit yang disebabkan oleh air minum tidak layak konsumsi seperti diare dan tifus,” kata Indah.
Indah beserta jajarannya mengerti bahwa infrastruktur teknologi tidak bisa berdiri sendiri.
Karena itu, solusi yang dijalankan adalah edukasi dan kampanye tentang air, sanitasi, kebersihan, dan pemeliharaan sistem pengolahan air bersih.
“Kami berharap edukasi ini akan meningkatkan pemahaman dan mengubah perilaku masyarakat mengenai pentingnya air bersih dan konsumsi air minum aman,” kata Indah.
Direktur Pusat Kajian Rekayasa Sumber Daya Air Universitas Hasanuddin Rita Tahir Lopa menerangkan, proyek pengelolaan sumber daya air ini diharapkan mampu mengurai isu kekeringan, banjir, dan kualitas air yang kompleksk.
Kecamatan berpenghuni 148.228 jiwa ini dilalui Sungai Tallo yang merupakan salah satu sumber pasokan air Kota Makassar.
Namun, kecamatan ini memiliki kelurahan dengan potensi kekeringan terbanyak di Makassar, terutama saat kemarau4.
"Hal ini jelas memperlihatkan adanya kebutuhan akan solusi yang tepat,” kata Rita Tahir. (ddy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakar Ekonomi Sebut Bisnis Air Minum Harus Ditata Ulang
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian