Yani Malhendo, Eks Petinju yang Pernah Membuat Keder Juara Dunia Manny Pacquiao

Timbang Badan Oke, Mau Bertanding Alasan Diare

Jumat, 06 Mei 2011 – 08:08 WIB
Yani Malhendo bersama Manny 'Pacman' Pacquiao usai timbang badan. Sayang pertarungan yang seharusnya digelar pada 24 Oktober 1996 di Filipina gagal digelar karena Pacquiao mundur dengan alasan diare. Foto: dok pribadi

Petinju Filipina Manny "Pacman" Pacquiao boleh saja merasa paling sukses saat iniDia adalah penyandang gelar juara dunia di delapan kelas yang berbeda dan lusa (8/5) akan bertanding di Amerika Serikat (AS)

BACA JUGA: Kisah Aminah, ABG yang Mendadak jadi Pria Bernama Arifin

Tetapi, siapa sangka dia ternyata sempat keder menghadapi petinju Indonesia
Bagaimana ceritanya?
 ------------------------------ ----------
  SIDIK M

BACA JUGA: Komunitas Eden yang Kontroversial setelah sang Pemimpin Bebas dari Penjara

TUALEKA, Surabaya
 ------------------------------ ---------
Petinju Indonesia yang pernah membuat keder Pacman itu adalah Yani Malhendo
Kini pria 43 tahun itu sehari-harinya adalah pelatih tinju di Sasana Rokatenda.  Ketika ditanya soal sosok Pacman yang lusa akan mempertahankan gelar kelas welter (66,6 kg) melawan Shane Mosley di Las Vegas, ingatan Yani melayang pada peristiwa 15 tahun lalu.

Kala itu Pacman memulai karirnya dalam tinju profesional

BACA JUGA: Merasakan Euforia Warga AS Menyambut Kematian Osama

Peristiwa itu terjadi pada 24 Oktober 1996, dalam pertandingan perbaikan peringkat World Boxing Organization (WBO) di Filipina.

Saat itu Pacman dipersiapkan melawan Yani Malhendo, yang tercatat sebagai petinju asal Sasana Pirih, SurabayaYani berada di peringkat kelima dunia kelas bantam junior (52,2 kg) di badan tinju dunia itu

Sayang, pertarungan yang bisa menjadi sejarah dalam karir dua petinju tersebut gagal berlangsungPadahal, semua tahapan sebelum pertarungan telah dilewati dua petinjuTermasuk general check-up dan proses timbang badanNamun, Pacman takut melawan Yani MalhendoDia meminta mundur dari pertarungan tersebut dengan alasan mengalami infeksi pencernaan.

"Saya juga kaget mendengar pengumuman tersebutKatanya, dia (Pacman, Red) salah makan dan mengalami diare hebatTapi, saya tidak percaya bila dia sakitTapi, rupanya dia takut dengan sayaSebab, sebelumnya para dokter menyatakan tidak ada gangguan pada kesehatan kami berdua," kenang Yani

Dia menceritakan, pembatalan secara sepihak itu membuat berang mendiang Eddy Pirih, manajer Sasana PirihDia tidak terima dengan pembatalan pertarungan dengan total bayaran USD 3.500 ituEddy merasa sudah mengorbankan banyak uang"Pak Eddy merasa sudah habis banyakAkhirnya semua ngamuk-ngamuk dan memaksakan agar pertarungan tersebut harus tetap diselenggarakan," lanjut Yani

Nah, untuk menghibur Yani dan rombongannya, pihak promotor sengaja mengganti posisi Pacman dengan petinju yang lain, Jats Maecad, yang juga dari kelas yang samaTapi, untuk menyemangati dan menutup kesalahan mereka, pihak promotor kala itu menaikkan total bayaran menjadi USD 4.500

Karena telanjur panas, saya berhasil memukul KO Jats pada ronde keduaItu adalah pertandingan tercepat yang terjadi saat itu di FilipinaKalau lawannya Pacman, mungkin nasibnya juga sama," koar suami Sri Mulyani itu

Wajar saja Yani sesumbar seperti ituSebab, saat itu Yani berada dalam usia emasnya dalam dunia tinju, yaitu 28 tahunSementara Pacman baru menanjak usia 18 tahun, sepuluh tahun lebih muda daripada YaniItu pun Pacman baru setahun berkecimpung di dunia tinju profesional.

"Ya, saat itu saya memang melihat dia masih sangat imut dan polosRupanya jam terbang dia di tinju profesional juga belum banyakJadi, wajar saja bila dia mengambil keputusan mundur dari pertarungan saat itu," lanjut petinju kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat, 43 tahun lalu itu

Padahal, tiga bulan sebelum pertarungan tersebut, Pacman sempat menganvaskan petinju Indonesia lainnya, Ippo GalaPada pertarungan yang berlangsung di Mandaluyong, Filipina, Ippo dinyatakan kalah technical knock out (TKO) pada ronde kedua

Nah, setelah gagalnya pertarungan tersebut, Pacman baru merebut gelar kali pertama dalam kejuaraan tinju dunia kelas terbang (50,8 kg) versi WBC pada 1998Dia menang KO atas petinju Thailand Chokchai Chockvivat

Sementara itu, pada tahun yang sama, Yani berhasil menempati peringkat pertama kelas bantam Junior WBO"Sebenarnya saya harus menjalani mandatory fight melawan juara sebenarnya, Erik Morales, dari MeksikoNamun, saat itu kondisi politik negara Indonesia tidak stabil, memaksa pertarungan itu gagal berlangsung," ujar Yani

Kini kehidupan Pacman dan Yani berbeda jauhPacman, petinuju 33 tahun itu, saat ini sedang berada di puncak karirDia telah sukses menjadi juara dunia di delapan kelas, mulai kelas terbang (51 kg) hingga welter super (69 kg)

Di sebuah majalah olahraga internasional disebutkan, pendapatan Pacman tahun lalu sekitar Rp 276 miliarSedangkan Yani, meski enggan menyebutkan penghasilan selama setahun, hanya mempunyai sepeda motor bebek, Yamaha Vega R, yang dipakainya setiap pergi melatihRumah yang ditempatinya di Sidoarjo merupakan pemberian Menpora pada era Adhyaksa Dault

"Ya, mungkin garis tangan kami berbedaTapi, saya tetap bersyukur dengan keadaan yang ada," lanjut YaniTetapi, dia masih menyimpan ambisiYani berharap, dari polesan tangannya akan lahir juara duniaMeskipun petinju binaan Yani itu susah menyaingi Pacman, petinju yang di masa mudanya pernah takut menghadapinya(c4/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dituduh Selingkuhi Istri Wali Kota, PNS Dianiaya hingga Babak Belur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler