Yapto Curiga Terima Paketan Pancasila

Kamis, 17 Maret 2011 – 08:26 WIB

JAKARTA -- Prediksi Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman bahwa bom buku lebih dari satu terbukti tepatSebelum tengah malam Selasa lalu (15/3), sebuah bom buku dijinakkan Satuan Gegana Mabes Polri di rumah Ketua Umum Pemuda Pancasila Yapto Soeryosoemarno di Jalan Benda 6, Ciganjur, Jakarta Selatan

BACA JUGA: Pengebom Dipimpin Panglima Upik



Bom ketiga yang dapat diurai sebelum akhirnya diledakkan oleh Satuan Gegana Mabes Polri itu menggunakan casing (tempat) buku berjudul Masihkah Adakah Keadilan Dalam Pancasila" Pengirimnya Busyro Jahul dengan alamat Jalan Cikarasak 29, Bogor, Jawa Barat


Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombespol Baharudin Jafar di Mabes Polri kemarin mengatakan, berdasar keterangan saksi, pengirim paket bom di kediaman Yapto itu berkulit agak putih dan berbadan tinggi.

Dia menjelaskan, pengirim bom menyerahkan paket tersebut kepada kepala Satpam Alfiyerdi pada Selasa (15/3) sekitar pukul 16.00 WIB

BACA JUGA: Hakim Kembalikan Anak ke Ortu

Pengirim menggunakan helm motor, bukan penutup kepala
Si pengirim memaksa Alfiyerdi menerima paket itu dengan alasan bingung dengan alamat rumah Yapto

BACA JUGA: 50 Kabupaten dan Kota Siapkan Lahan Rumah Murah

Sebelumnya, nama jalan tempat tinggal Yapto bukan Jalan Benda Ujung, melainkan Jalan Manggan.

Paket tersebut diserahkan kepada Yapto sekitar pukul 18.00Namun, dia tidak langsung membukanya karena akan pergi lagiSetelah kembali ke rumah, Yapto membuka sampul paket tersebut dan menemukan sebuah buku berjudul Masih Adakah Keadilan Dalam Pancasila?Saat diguncang, buku itu mengeluarkan bunyi benturan dan Yapto pun langsung menghubungi anggota BNNBuku itu akhirnya diamankan tim Gegana"Berhasil dijinakkan anggota di lokasi," kata Baharudin

Yapto menyerahkan pengusutan teror bom itu kepada aparat kepolisian"Saya minta semua tenangBiar polisi yang urus," kata Yapto saat dihubungi kemarinYapto mempunyai anggota di Pemuda Pancasila antara 5.000 hingga 7.000 di seluruh Indonesia

Secara terpisah, selain fokus mengejar para kurir pembawa buku (JP, 16/3), satu tim Densus 88 menyusuri peredaran buku yang ada di kelompok terbatas"Ini percetakannya khas, di Bandung," kata sumber Jawa Pos kemarin.

Buku yang digunakan untuk mengebom di Utan Kayu berjudul Mereka Harus Dibunuh itu terbit pada 2009 dan sudah beredar, namun sangat terbatas"Kita telusuri peredarannya, termasuk komunitas yang sering menggunakan buku ini dalam acara-acaranya," katanya

Seorang mantan kombatan yang dihubungi Jawa Pos menyebut nama Sulaiman Azhar, Lc penulis buku itu adalah samaran"Nama aslinya saya tidak tahu, tapi saya hakul yakin itu samaranSaya pernah punya bukunyaSekarang dipinjam dan belum balik," kata pria yang sekarang berprofesi sebagai pengisi taklim ibu-ibu di Jakarta Utara itu

Buku itu, kata dia, menjabarkan secara khusus nama-nama orang yang dinilai memerangi Islam"Tapi, banyak dalil yang dipaksakanAsal kutip saja," kata mantan mujahidin konflik Ambon yang kini memilih hidup normal itu

Dia ingat, buku itu pernah didiskusikan di Bekasi pada pertengahan 2010 oleh sebuah kelompok"Polisi juga sudah tahu (nama kelompoknya)Saya sungkan untuk menyebut di koran," kata bapak lima anak itu(rdl/c2/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... LPSK Lindungi Agus Condro


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler