Yayasan Arsari Djojohadikusumo Siap Beli Artefak yang Hilang

Senin, 16 September 2013 – 21:35 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Aryo PS Djojohadikusumo, menyatakan siap membeli empat artefak kuno peninggalan kerajaan Majapahit dan Mataram kuno yang hilang dari Museum Nasional, untuk dikembalikan kepada negara.

Menurut Aryo, kesiapan dirinya dan keluarga membeli artefak yang hilang didasari kepedulian yang mendalam, mengingat besarnya nilai kultural dan historis dari artefak tersebut. Karena itu, mengembalikan empat artefak yang hilang merupakan suatu keharusan demi menghargai sejarah kerajaan-kerajaan yang kemudian menjadi bangsa Indonesia.

BACA JUGA: Pensiun Dini Dapat Uang Miliaran Cuma Isu

"Hilangnya artefak peninggalan kerajaan Majapahit dan Mataram Kuno itu menggambarkan bagaimana pemerintah tidak menjaga dengan sungguh-sungguh benda bersejarah dan warisan leluhur bagi bangsa ini," ujarnya di Jakarta, Senin (16/9).

Aryo pun kemudian meminta Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lebih teliti dan ketat mengamankan benda-benda yang masuk dalam kategori artefak maupun cagar budaya.

BACA JUGA: Kabareskrim Pastikan Dana Labora tak Mengalir ke Petinggi Polri

"Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala juga harus memasukkan data secara rutin mengenai benda-benda peninggalan bersejarah. Ini supaya data base mengenai benda purbakala dan bersejarah teridentifikasi dan tercantum dengan benar. Jadi jika ada kehilangan akan langsung teridentifikasi," katanya.

Cucu Sumitro Djojohadikusumo ini juga mengkritisi perawatan dan pengamanan benda-benda bersejarah. Menurutnya, banyak benda bersejarah dan artefak yang dibiarkan terbengkalai dan rusak. Padahal nilai dari benda tersebut tidak dapat tergantikan.

BACA JUGA: Fathanah Bantah Kenal Bunda Putri dan Sengman

“Karena itu pemerintah juga harus memberikan informasi serta pemahaman dan pengetahuan yang lebih kepada masyarakat. Sebab masih banyak masyarakat yang hanya melihat nilai ekonomis dari sebuah benda bersejarah, tanpa melihat nilai-nilai instrinsik yang terkandung didalamnya. Padahal kehilangan benda bersejarah bagi Indonesia seperti orang yang lupa asal-usul," katanya.

Aryo tidak memungkiri selama ini banyak artefak dan benda kuno asal Indonesia diperjualbelikan di luar negeri. Bahkan, tidak jarang barang yang terbilang antik dan kuno tersebut berakhir di pasar gelap internasional atau ditangan kolektor luar negeri.

"Jika perlu, saya dan keluarga akan membeli artefak dari pencuri itu dan mengembalikannya kepada negara. Ini semata-mata supaya bisa disaksikan dan menjadi kebanggaan bagi anak-anak bangsa kelak," katanya.

Sebagaimana diberitakan, empat artefak yang disimpan di Museum Nasional dicuri pada Rabu (11/9). Keempat artefak tersebut masing-masing lempengan naga. Diperkirakan telah berusia sejak 10 Masehi yang ditemukan di daerah Jalatunda, Jawa Timur. Lempengan emas berbentuk naga ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Panjangnya 5,6 sentimeter dengan lebar 5 sentimeter.

Kemudian lempengan bulan sabit yang juga ditemukan di daerah Jalatunda, Jawa Timur. Benda pusaka ini diperkirakan berusia sejak 10 Masehi. Merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, berbentuk lempengan bulan sabit dari emas di mana pada kedua ujungnya ada empat buah ukiran segitiga lancip. Segitiga ini seakan membentuk cakar. Di lempengan juga ada enkripsi Jawa kuno yang sudah samar. Panjangnya 8 sentimeter dengan lebar 5,5 sentimeter.

Yang ketiga, Cepuk. Artefak ini diperkirakan berusia sejak 10 Masehi sebagai peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Berbentuk seperti dandang kecil dengan tutupnya. Cepuk ini terbuat dari emas dengan teknik pukul, pembengkokan dan patri.

Permukaannya tidak rata tapi kokoh dan tegak. Ada ukiran yang sudah tipis. Dasarnya agak cembung dengan bibir cepuk tajam dan menghadap ke atas. Tutupnya memiliki pegangan seperti stupa dan berongga. Diameternya 6,5 sentimeter dengan tinggi 6,5 sentimeter.

Yang keempat, lempengan Harihara. Ditemukan di Belahan, Penanggungan, Jawa Timur. Usianya diperkirakan sejak 10 Masehi. Dengan panjang 10,5 sentimeter dan lebar 5,5 sentimeter, lempengan ini dibuat dari campuran perak dan emas. Ada relief Harihara yang sedang berdiri di atas teratai ganda. Hirahara digambarkan berkucir ke atas dengan hiasan bunga mekar.(gir/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Disebut Paling Korup, Kapolri Ajak Anggota Bersih-bersih


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler