jpnn.com - TOKYO--Ekonomi Jepang mencatatkan defisit perdagangan selama 15 bulan berturut-turut hingga September lalu. Pelemahan mata uang yen dituding turut mendorong naiknya biaya impor.
Defisit pada bulan tersebut naik menjadi 932 miliar yen atau USD 9,5 miliar, naik 64 persen dari tahun lalu akibat kenaikan biaya impor sebesar 16,5 persen.
BACA JUGA: Dahlan Ucapkan Selamat Tinggal pada Askes
Menurut economictimes (21/10), Jepang sendiri tidak tinggal diam. Serangkaian langkah agresif yang bertujuan menghidupkan kembali ekonomi Jepang justru telah mengakibatkan nilai yen merosot hampir 25 persen terhadap dolar AS sejak November tahun lalu.
Tetapi situasi ini juga sangat membantu nilai ekspor Jepang karena membuat harga barang-barang jadi lebih murah, meski sebaliknya juga membuat produk impor jadi lebih mahal di Jepang.
BACA JUGA: Presiden Puji Ide Dahlan Iskan
Namun di balik itu, pertumbuhan ekspor belum cukup untuk mengimbangi nilai impor yang lebih tinggi. Data yang dirilis Departemen Keuangan negara matahari terbit itu menunjukkan ekspor naik 11,5 persen dari tahun sebelumnya pada September. Sementara impor tumbuh lebih cepat daripada ekspor dalam 11 bulan terakhir.
Analis mengatakan impor meningkat beberapa bulan terakhir karena permintaan lebih tinggi terhadap bahan bakar yang dipicu penutupan semua reaktor nuklir Jepang. Pada saat yang sama, pemulihan ekonomi Jepang juga membantu memacu permintaan domestik.
BACA JUGA: Apindo Tolak Sertifikasi Halal untuk Obat
Bulan lalu, data revisi menunjukkan perekonomian Jepang tumbuh 0,9 persen pada periode April hingga Juni, dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Hal ini mengubah perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,8 persen tahun ini.
"Mengingat faktor-faktor ini, Jepang cenderung akan mengalami defisit perdagangan untuk beberapa waktu ke depan," ujar Martin Schulz, dari Fujitsu Research Institute.
"Dan selama itu didorong oleh pemulihan permintaan domestik, ini tidak selalu merupakan tanda negatif terhadap perekonomian keseluruhan," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenakertrans Dianggap Lamban Terbitkan Juklak
Redaktur : Tim Redaksi