Yenny Wahid Berharap Ibu Kota Baru Terapkan Konsep Smart City

Senin, 06 Mei 2019 – 22:08 WIB
Yenny Wahid. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Rencana Presiden Joko Widodo alias Jokowi memindahkan ibu kota dapat sambutan positif dari banyak tokoh. Salah satunya, putri mendiang Gus Dur, Yenny Wahid.

Menurut Yenny, sumber daya di pulau Jawa tidak akan mampu lagi memenuhi kebutuhan penduduknya. Karena itu, pemindahan ibu kota adalah langkah tepat.

BACA JUGA: Warga Kalsel Antusias Sambut Rencana Pemindahan Ibu Kota

"Sumber daya air dan lahan yang makin terbatas akan menjadi penyebab timbulnya berbagai masalah, misalnya masalah perebutan lahan dan timbulnya penyakit karena tidak mendapatkan akses untuk mendapatkan air bersih," kata Yenny dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/5).

Tokoh perubahan 2018 versi media cetak nasional itu mengatakan perlu upaya komprehensif dan visioner agar ada sentra geopolitis baru selain Jakarta agar tercipta efek ekonomi dan efek perpindahan penduduk yang masif.

BACA JUGA: Usul Fahri Hamzah, Ibu Kota Negara Pindah ke Kepulauan Seribu

BACA JUGA: Usul Fahri Hamzah, Ibu Kota Negara Pindah ke Kepulauan Seribu

Selain itu, lanjut Yenny, bisa dibayangkan jumlah lapangan pekerjaan yang akan tercipta di daerah Kalimantan dalam rangka pembangunan ibu kota baru.

BACA JUGA: Gelar Iftar di Istana, Presiden Jokowi Singgung Pemindahan Ibu Kota RI Lagi

"Berapa orang yang bisa terlibat didalamnya. Mulai dari perencanaan sampai pengerjaan secara fisik. Belum lagi efek turunan yang akan tercipta ketika ada banyak pekerja berada disana," jelas dia.

Dia menambahkan restoran, rumah sakit, sekolah, tempat hiburan, dan berbagai infrastruktur fisik dan sosial lainnya akan segera bermunculan, yang artinya akan menumbuhkan entrepreneurship dan kewirausahaan baru.

"Apalagi kalau kota baru langsung dirancang sebagai smart city yang memiliki ciri-ciri ada hyper connectivity, penggunaan teknologi internet of things dan big data untuk mengatur sistem yang berjalan, mulai dari pengolahan limbah sampai supply energi dan air," beber Yenny.

Selain itu penggunaan teknologi juga harus diterapkan dalam monitoring dan pengelolaan berbagai aset publik. "Kota baru nanti harus mempunyai lebih banyak lagi sistem transportasi yang ramah lingkungan, misalnya ada lebih banyak ride sharing, juga cash less system agar lebih efisien", imbuhnya.

Data menunjukkan bahwa 70 persen warga dunia menempati 2 persen lahan bumi, terutama berpusat di perkotaan. Artinya ada persoalan besar menyangkut urbanisasi yang harus diatasi bersama.

"Jadi wacana pemindahan ibu kota, kalau diletakkan dalam konteks pemerataan akses kesejahteraan, memang mutlak harus dilakukan," katanya.

Yenny mengambil contoh Palangkaraya. Dengan luas wilayah sekitar 2.400 km2, area terbangun baru sekitar 50 km2. Potensi lahan tersebut masih sangat besar untuk menampung migrasi penduduk dari pulau Jawa.

"Selain itu Kalimantan sendiri adalah pulau yang tidak pernah terkena gempa, jadi stabilitas pemerintah sendiri bisa lebih terjaga," kata dia. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bahas Pemindahan Ibu Kota Negara, 4 Gubernur Diundang ke Jakarta


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler