jpnn.com, JAKABARING - Aktivis HAM Yenny Wahid meminta pemerintah mengambil langkah lebih cepat lagi untuk menanggapi krisis lebih dari 200 kasus anak mengalami gagal ginjal akut di seluruh Indonesia.
"Saya mengapresiasi langkah pemerintah yang segera mengumumkan obat-obatan yang bermasalah, yang mengandung etilon glikol dan dietilen glikol. Tetapi, harus lebih cepat lagi untuk menarik semua obat yang bermasalah dari pasar, sehingga tidak bisa lagi diakses oleh pemerintah," kata dia dalam keterangan yang diterima, Jumat (21/10).
BACA JUGA: Marak Gagal Ginjal Akut Anak, SKI Minta Pemerintah Audit Pengawasan Obat
Putri almarhum Presiden Keempat RI Gus Dur itu menilai obat tersebut bisa saja terus dikonsumsi oleh kelompok masyarakat yang tidak melek informasi.
"Takutnya, jika masih ada di pasaran, ada banyak masyarakat yang belum paham dan tetap mengaksesnya," imbuhnya.
BACA JUGA: Muhadjir: Gangguan Ginjal Akut pada Anak Harus Ditangani Serius
Sejauh ini, kekhawatiran Yenny beralasan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin Kamis (20/10) menyatakan bahwa obat-obatan yang mengandung dua zat berbahaya tersebut ternyata diproduksi di Indonesia.
Ini diketahui dari pemeriksaan konsumsi obat dari 99 balita yang meninggal karena gagal ginjal. Menkes juga meminta BPOM untuk segera menentukan obat mana saja yang bermasalah.
BACA JUGA: Okky Asokawati Sebut Penanganan Gagal Ginjal Anak Belum Maksimal, Ini Sebabnya
Selain itu, Yenny Wahid juga meminta pemerintah segera menyiapkan semua fasilitas kesehatan, terutama di puskesmas untuk segera melakukan deteksi dini terkait penyakit yang banyak menimpa anak usia 1-18 tahun tersebut.
"Karena, gejala penyakit ini agak aneh, yakni gejala penyakit yang biasanya tidak mengarah ke gagal ginjal akut. Seperti batuk, pilek, dan muntah," paparnya.
Dia menyarankan ada standar baru untuk melakukan deteksi dini. Sebab, dalam penyakit seperti ini, deteksi dini menjadi penting untuk mencegah fatalitas.
Yenny menuturkan memprediksi Indonesia mencapai masa keemasan pada 2045 nanti dan akan menjadi kekuatan ekonomi nomor empat dunia. Yenny berharap SDM itu sehat pada tahun itu.
"Bagaimana mereka bisa menjadi pemimpin dan orang-orang yang produktif di masyarakat nantinya, jika krisis kesehatan ini malah meluas," katanya.
Di sisi lain, Yenny juga mengajak kepada para orang tua untuk tidak panik. Apalagi, pada permulaan musim hujan seperti ini, biasanya merebak penyakit seperti batuk, pilek, dan demam.
"Sebagai sesama orang tua yang punya anak kecil, mari kita tetap tenang dan tidak panik ketika anak sakit," terangnya.
Yenny mengatakan untuk penanganan awal hingga tiga hari, dirinya hanya melakukan observasi sambil menggunakan cara-cara tradisional seperti mengompres kepala dan ketiak, merendam dalam air hangat, memberikan minyak kayu putih, dan memastikan anak mendapat kecukupan gizi.
Yenny memberikan asupan gizi berupa protein seperti telur, ikan, dan sebagainya. Sebab, tubuh perlu energi untuk memerangi virus dan bakteri yang masuk.
"Biasanya jika memang hanya gejala ringan, kondisi akan membaik dalam waktu tiga hari," terangnya.
Namun, jika belum membaik, Yenny mengatakan dirinya akan langsung membawa anaknya ke dokter. "Intinya, jangan mudah panik, tetapi harus tetap waspada. Jangan mudah memberikan obat pada anak kita tanpa resep dokter," tuturnya. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Marak Gagal Ginjal Akut, Heru Budi Hartono Pastikan Labkesda Siap
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga