Yuk Berjuang Bersama untuk Kelestarian Burung Air Indonesia

Selasa, 16 Oktober 2018 – 18:00 WIB
Bedah buku “Konservasi Burung Air, Perjuangan Melawan Kepunahan”. Foto: Humas KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu wilayah perlindungan burung air. Indonesia juga menjadi wilayah penting bagi jalur terbang (flyway) bagi 121 jenis burung air, yang bermigrasi dari benua bagian utara ke benua bagian selatan.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno menyampaikan, komitmen untuk ikut melindungi flyway tersebut dinyatakan dengan bergabungnya Indonesia dalam jaringan kerja dari para mitra dalam Jalur Terbang Asia Timur – Australasia (EAAFP).

BACA JUGA: KLHK Luncurkan Sistem Pelaporan Online Pengendalian Karhutla

"Indonesia telah menjadi anggota sejak awal pembentukan pada 2006 silam," ujarnya saat membuka acara Bedah Buku “Konservasi Burung Air, Perjuangan Melawan Kepunahan” karya Profesor Hadi Sukadi Alikodra.

Wiratno mengatakan upaya menjaga kelestarian burung air perlu dukungan dan keterlibatan berbagai pihak.

BACA JUGA: Inilah Capaian Kerja Badan Litbang dan Inovasi KLHK 2018

Selain itu, perlu dilakukan melalui upaya yang berbasis masyarakat setempat. Wiratno menyebutkan, kesuksesan kampung ramah burung di Desa Jatimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY, patut menjadi salah satu pembelajaran.

Desa itu merupakan salah satu contoh gerakan masyarakat yang mencoba menyelamatkan berbagai jenis burung.

BACA JUGA: Manggala Agni Tinanggea Amankan Bandara dari Asap Karhutla

"Semoga di wilayah-wilayah burung air ini, kita juga bisa bersama melakukan gerakan (collective actions) untuk menyelamatkan mereka. Sama seperti kita mempunyai hak untuk hidup, burung juga mempunyai hak untuk terbang, dan kita hanya menikmatinya dari jauh," ujar Wiratno.

Buku “Konservasi Burung Air, Perjuangan Melawan Kepunahan” ini terdiri atas tujuh bab.

Di dalamnya antara lain mengungkapkan biologi dan ekologi burung air, kelestarian lahan basah dan habitat burung air, migrasi burung air, serta aspek-aspek konservasi bagi upaya pelestarian burung air.

Kepada pembacanya, buku ini juga membawa pesan bahwa restorasi ekosistem lahan basah sebagai habitat burung air, termasuk lahan gambut, sangat diperlukan. 

"Saya mendapatkan pendalaman tersendiri tentang pentingnya konservasi burung air. Buku ini menambah semangat baru pejuang konservasi untuk memperkuat upaya bersama kedepan,” ungkapnya.

Agustinus Gusti Nugroho, yang akrab disapa Nugie, juga turut membagikan pengalamannya dalam kegiatan konservasi lingkungan pada acara ini.

Pelantun lagu Burung Gereja itu mengatakan, dengan lagu yang dia ciptakan itu, menjadi lagu yang paling dikenal di belantika musik.

"Jadi saya mempunyai pengalaman spiritual yang dekat dengan spesies burung ini. "Burung Garuda", "Burung Camar", dan lagu ciptaan saya "Burung Gereja", moga-moga nanti ada lagu "Burung Air", yang dijadikan salah satu ornamen dunia musik yang mengangkat tema burung di Indonesia," katanya.

Selain Nugie, narasumber pada bedah buku ini berasal dari kalangan akademisi yaitu Prof. Azyumardi Azra, Prof. Ani Mardiastuti, Prof. Rudy C. Tarumingkeng, dan Head of Programme Wetlands International Indonesia Yus Rusila Noor.

Bedah buku “Konservasi Burung Air, Perjuangan Melawan Kepunahan” ini, dihadiri peserta yang berasal dari berbagai instansi pemerintah, lembaga perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga-lembaga konservasi, swasta, serta masyarakat yang memiliki perhatian terhadap upaya konservasi keanekaragaman hayati.

Bedah buku ini terselenggara atas kerjasama Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, Badan Restorasi Gambut, serta Kementerian LHK. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Karhutla TN Gunung Ciremai Berhasil Dipadamkan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler