jpnn.com - JAKARTA- Gejolak harga beras yang terus melambung tinggi mau tak mau ikut memengaruhi daya beli masyarakat. Namun, tidak ada salahnya juga untuk beralih ke bahan-bahan makanan lain yang mampu menjadi solusi apabila harga beras terus mengalami kenaikan.
Pakar Gizi Medis Dr dr Saptawati Bardosono, MSc mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki banyak sekali pilihan bahan pokok makanan yang dapat menjadi pengganti beras.
BACA JUGA: Bikin Ngiler...Pesta Durian Merah, Gratis
"Memang, beras merupakan salah satu pangan sumber karbohidrat yang diharapkan dapat menyumbang asupan energi bagi tubuh. Namun, sebetulnya beberapa pangan seperti jagung, kentang, mi, bihun, roti, singkong, keladi atau talas, ubi, sukun ataupun sagu juga merupakan sumber karbohidrat yang dapat menjadi alternatif bila tidak mampu mengonsumsi beras," ujarnya kepada Jawa Pos (induk JPNN), Sabtu (7/3).
BACA JUGA: Kebaya, Pancaran Kecantikan Wanita Indonesia
Jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut mengungkapkan, jika dilihat dari nilai gizinya, kandungan karbohidrat dan energi yang dapat diperoleh dari makanan-makanan pengganti tersebut juga tetap seimbang.
Sejumlah 3/4 gelas nasi seberat 100 gram dapat digantikan oleh 1/2 gelas bihun seberat 50 gram, 4 biji sedang jagung seberat 125 gram, 2 buah sedang kentang seberat 210 gram, 2 gelas mi basah seberat 200 gram, 3 iris roti seberat 70 gram, 1 1/2 potong singkong seberat 120 gram, 3 potong sedang sukun seberat 150 gram, 1/2 biji sedang talas seberat 125 gram, 1 biji sedang ubi jalar seberat 135 gram.
BACA JUGA: Cerita Haji Lulung dan Batu Akiknya
"Kesemuanya mengandung 40 gram karbohidrat yang akan menghasilkan energi 175 kalori," ujarnya. Energi 175 kalori tersebut sama saja dengan jumlah energi yang dikeluarkan untuk bersepeda sekitar 12 km dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.
Selain itu, lanjutnya, ada beberapa manfaat yang diperoleh dari mengurangi konsumsi nasi. "Masyarakat Indonesia bisa secara tidak langsung mendapat manfaat diversifikasi pangan. Mau tidak mau tidak selalu bergantung pada ketersediaan beras saja. Istilahnya, belum makan kalau belum kemasukan nasi," imbuhnya. (dee/ken/dim/end/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Beda Migrain dengan Sakit Kepala Klaster
Redaktur : Tim Redaksi