jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan Praktisi Pendidikan, Indra Charismiadji, kembali mengkritisi pemerintah daerah yang tidak siap melaksanakan sistem zonasi dalam PPDB (penerimaan peserta didik baru). Ini dibuktikan dengan banyaknya antrean di sekolah-sekolah karena kurang sosialisasi.
"Sistem zonasi ini tujuan sebenarnya bagus untuk menjadikan semua sekolah negeri itu bagus mutunya. Sayangnya implementasinya tidak berjalan bagus karena pemda setengah hati menjalankannya," kata Indra saat dihubungi, Kamis (20/6).
BACA JUGA: Proses PPDB SMA di Jatim Dihentikan Sementara, Hamid Sudah Bicara dengan Gubernur
BACA JUGA: Protes PPDB Sistem Zonasi, Ada Orang Tua Ajukan Uji Material Permendikbud ke MA
Menurut Indra, sudah saatnya pemda dikritisi karena tidak peduli dengan akses pendidikan. Pemda setengah hati karena takut ketahuan kalau layanan pendidikan selama ini buruk.
BACA JUGA: Kisruh PPDB di Jatim: Jarak ke Sekolah 600 Meter, Rata - rata Nilai 8,5, tak Lolos
"Pemda tetap ingin ada sekolah favorit karena ingin menutupi kebobrokannya. Kebobrokannya ketutup dengan nilai tinggi anak-anak pintar di sekolah favorit. Padahal aslinya ada banyak sekolah negeri yang nilainya jeblok karena kurang fasilitas dan kualitas gurunya pas-pasan," beber Indra.
Dari pengamatan Indra, pemda yang tidak sepenuhnya menjalankan zonasi karena takut kebongkar jual beli jabatan dan bangku di sekolah favorit. Sudah rahasia umum, sekolah favorit paling banyak diisi anak orang berada dan kalangan pejabat. Padahal sekolah negeri favorit itu dibiayai negara sehingga gratis.
BACA JUGA: Pendaftaran PPDB Online: Sekolah Favorit Siapkan Strategi Genjot Prestasi Siswa
"Pemda kebanyakan bergantung sama program pusat (Kemendikbud). Itu yang bikin mutu pendidikan tidak meningkat. Dengan zonasi semua disamaratakan. Yang sekolah bagus tidak perlu lagi terus disubsidi pemerintah. Yang sekolah biasa-biasa ditopang terus dananya dan sumber daya pendidiknya agar bisa bagus," tandas dia. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pendaftaran PPDB 2019 Online, Jarak Rumah ke Sekolah Dicek Ulang
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad