Zulkifli Hasan Akan Lebih Sering Menimba Ilmu dari Muhammadiyah

Sabtu, 06 Juni 2015 – 14:42 WIB

jpnn.com - YOGYAKARTA - Ketua MPR RI yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengaku akan lebih banyak belajar ke Muhammadiyah. Menurutnya, Muhammadiyah telah banyak berperan dan berpengalaman dalam mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Zulkifli mengutarakan hal itu saat bersilaturahmi di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Sabtu (6/6). “Saya selalu sempatkan ke cantor Muhammadiyah setiap kali ke daerah. Acara Tapak Suci (organisasi bela diri di bawah Muhamamdiyah, red) saja saya datangi,” katanya.

BACA JUGA: Sebaiknya Kali Ini TNI AU

Terlihat menerima kunjungan Zulkifli dalam kesempatan itu antara lain Ketua PP Muhamamdiyah Haedar Nashir dan sejumlah pengurus lainnya. Sedangkan Zulkifli didampingi dua anggota DPR yang juga wakil ketua umum PAN, Totok Sudaryanto dan Asman Abnur.

Zulkifli mengatakan, Muhammadiyah sebagai organisasi yang besar telah melakukan upaya mencapai kesejahteraan umum dengan memiliki banyak rumah sakit dan amal usaha.  Selain itu, Muhammadiyah juga berupaya mewujudkan kecerdasan umum melalui sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi. “Cita-cita itu yang sekarang dilakukan Muhammadiyah,” ujarnya.

BACA JUGA: SBY Ikut Disalahkan soal Jokowi Salah Sebut Tempat Lahir Soekarno, Kok Bisa?


Sedangkan Haedar Nashir mengatakan, sejumlah nama tokoh Muhamamdiyah ikut menjadi pendiri Republik Indonesia. Misalnya, Kasman Singodimedjo, Abdul Kahar Muzakir dan Ki Bagus Hadikusumo.

“Kalau tak ada sikap kenegarawanan Ki Bagus, Piagam Jakarta akan tetap ada (mencantumkan klausul kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya dalam Pembukaan UUD 1945, red). Sedangkan Pak Kahar adalah pelopor diplomasi di Timur Tengah makanya kita mendapat pengakuan pertama kali sebagai bangsa merdeka dari Mesir,” tuturnya.

BACA JUGA: Jokowi Jangan Malu Minta Maaf kepada Keluarga Besar Soekarno

Haedar juga menyebut nama Panglima Besar Sudirman. “Kalau dia tak bergerilya, belum tentu negeri ini eksis,” papar Haidar.

Yang juga patut diingat dari tokoh Muhamamdiyah atas negeri ini adalah sosok Ir Djuanda. Haedar menyebut Djuanda sebagai pelopor teori kedaulatan negara kepulauan atas wilayah lautan membuat wilayah Indonesia jadi lebih luas.

Karenanya ada Deklarasi Djuanda pada 1957. “Jadi kalau sekarang ada poros maritim, kader Muhammadiyah pada 1957 sudah memeloporinya,” ucap Haedar.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahli Membaca Garis Kehidupan ini tak Kaget Kinerja Jokowi Jeblok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler