Zulkifli Sebut Karakteristik Indonesia Moderat Tengah, Begini Penjelasannya

Kamis, 19 Agustus 2021 – 20:04 WIB
Tangkapan layar saat Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyampaikan pidato kebangsaan dalam rangka 50 tahun CSIS Indonesia yang disiarkan secara virtual, Kamis (19/8/2021). ANTARA/YouTube CSIS Indonesia/Muhammad Jasuma Fadholi

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyebut karakteristik dan jati diri asli Indonesia adalah moderat tengah.

Menurutnya, karakteristik tersebut sesuai dengan kesepakatan para pendiri bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan.

BACA JUGA: Hasil Survei: Elektabilitas PDIP Tertinggi, PKB di Urutan Ketiga!

"Itulah karakteristik jati diri Indonesia, moderat tengah," ujar Zulkifli Hasan dalam pidato kebangsaan Ketua Umum Partai Politik Memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia yang digelar secara virtual, Kamis (19/8).

Dia menjelaskan pada mulanya ada keinginan pihak tertentu untuk tampil sebagai wajah Indonesia.

BACA JUGA: Pilpres 2024 Diundur ke 2027? Jawaban Politikus ini Tegas Banget

Namun semua pihak pada akhirnya sepakat untuk melakukan kesepakatan dengan penuh kerendahan hati dan bertemu pada titik tengah untuk mewujudkan kemerdekaan bersama.

Hal itu disampaikan Zulhas sebagai refleksi mendasar dalam rangka menuju Indonesia Emas 2045 untuk kembali kepada cita-cita awal pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berorientasi pada persatuan dan kesatuan.

BACA JUGA: Tak Tahan Kritikan, Mahyeldi Serahkan Mobil Dinas Baru untuk Hal ini

"Berada di tengah menandakan stabilitas dan bisa fokus menyongsong cita-cita Indonesia menjadi negara yang maju," ucapnya.

Wakil Ketua MPR RI itu menyoroti perbedaan justru ditajamkan oleh satu sama lain belakangan ini.

Pemikiran politik diracuni logika elektoral yang cenderung menghalalkan segala cara, termasuk dengan memecah belah bangsa dengan politik SARA atau politik identitas.

"Perbedaan keimanan kembali disoal, wacana Tionghoa-Pribumi dimunculkan kembali, mayoritas minoritas dibenturkan, aku Pancasila dikonotasikan dengan kamu bukan Pancasila," katanya.

Zulhas menceritakan kembali saat Piagam Jakarta yang memuat rumusan Sila Pertama Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, disepakati untuk berubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dia mengatakan bahwa hal tersebut tidak dipahami sebagai kekalahan umat Islam, melainkan wujud kerendahan hati para ulama saat itu untuk mewujudkan Indonesia sebagai rumah besar bagi semua pihak.

"Ulama-ulama dengan rendah hati untuk kepentingan yang lebih besar menghapus tujuh kata asal Indonesia Merdeka dan Indonesia Bersatu," tuturnya.

Zulhas juga mengatakan Indonesia telah memiliki landasan yang kukuh untuk mengiringi perjalanan bangsa dalam seratus, dua ratus dan bahkan ribuan tahun ke depan.

Menurutnya, impian Indonesia akan menjadi negara besar dengan prestasi gemilang akan terwujud.

Asal seluruh elemen Bangsa Indonesia konsisten dan memegang teguh gagasan Indonesia yang bersatu, berdaulat, berorientasi kemakmuran, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler