‘Tentara Saja Dibunuh, Gimana Nasib Sandera’

Berharap Pemerintah Segera Ambil Tindakan

Selasa, 12 April 2016 – 07:09 WIB
Keluarga Peter Tonsen Baraham, kapten kapal Brahma 12 yang di sandera di Filipina semakin kuatir. Foto: Batam Pos / JPNN

jpnn.com - BATAM - Nahkoda tug boat Brahma 12, Peter Tonsen Baraham dan sembilan ABKnya masih disandera oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina sejak tanggal 26 Maret lalu.

Keluarga Peter yang tinggal di perumahan Mukakuning Paradis blok J/8, Batuaji, Batam, Kepri kian cemas. 

BACA JUGA: KEK Lebih Tepat untuk Batam Ketimbang FTZ

Selain karena tenggang waktu terakhir pembayaran tebusan senilai Rp 15 miliar untuk pembebasan Peter dan rekan-rekannya yakni tanggal 8 April telah lewat, kini keluarga kembali diselimuti perasaan was-was.

Pasalnya kabar yang beredar di media masa, bahwa kelompok Abu Sayyaf berhasil menembak mati 18 tentara pasukan khusus Filipina saat melakukan misi penyelamatan. 

BACA JUGA: Wanita Sembunyikan Sabu-sabu di BH, Pak Polisi Bingung

"Itu dia, tentara saja dibunuh, gimana dengan Peter dan rekan-rekannya," kata Hendrik Sahabat, adik sepupu Peter, Senin (11/4).

Apalagi sambung Hendrik, sampai saat ini keluarga baik yang di Batam ataupun di kampung halaman mereka di Sangir, Sulawesi Utara juga sama sekali belum menerima kabar terkait keberadaan Peter dan kawan-kawannya. 

BACA JUGA: Pimpinan BP Batam yang Baru Pastikan Sikat Pegawai Malas

"Masih hilang kabar sampai saat ini. Perusahaanpun belum ada kabar juga terkait keberadaan Peter," kata Hendrik.

Seperti hari-hari sebelumnya, keluarga kata Hendrik hanya bisa menanti kabar atau berita dari media masa dan media elektronik.

"Tapi itu tadi, beritanya begitu-begitu saja. Yang terbaru paling yang katanya tentara Filipina ditembak itu makanya keluarga semakin kuatir jadinya. Upaya pembebasan dari pemerintah kita belum tahu pasti kami," kata Hendrik lagi.

Meskipun diselimuti perasaan was-was yang luar biasa, namun keluarga Peter tetap berbesar hati untuk tetap menanti kabar baik dari pemerintah. "Hanya bisa berdoa dan berharap pada pemerintah. Mau buat gimana lagi kami," kata Hendrik.

Besar harapan keluarga agar pemerintah secepatnya ambil alih untuk misi penyelematan sehingga Peter dan kawan-kawannya segara kembali ke Indonesia dengan selamat. "Harapan selalu yang terbaik bahwa mereka cepat pulang dengan selamat," tutur Hendrik.

Seperti yang diketahui, tug boat Brahma 12 yang dinahkodai Peter tengah menarik tongkang bermuatan batubara dari Samarinda ke Filipina. Namun memasuki periaran Filipina,  tug buat Brahma 12 dicegat kelompok Abu Sayyaf. Peter dan sembilan ABKnya warga Indonesia disandera dan diminta tebusan sekitar Rp 15 miliar sejak tanggal 26 Maret lalu. (eja/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima TNI Tiba-tiba Digugat karena Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler