100.000
Oleh Dahlan IskanTanpa foto.
Hanya deretan 100.000 nama dengan huruf yang sangat kecil.
Halaman depan koran dengan wujud seperti itu saya artikan sebagai protes. Sebagai kritik.
NYT seperti beranggapan kritik dalam bentuk berita sudah tidak mempan. Judul-judul besar seperti tidak berarti. Pun foto-foto dramatik.
”Saya sudah setengah abad membaca The New York Times. Belum pernah menemukan halaman depan seperti ini,” ujar seorang pembaca di New York --yang saya kutip di sini dari media di sana.
Melihat halaman depan seperti itu, saya pun, bisa merasakan sensasinya. Lihatlah foto halaman depan itu --yang saya sertakan di sini.
Itulah wajah depan The New York Times yang putih. Bentuk protes seperti itu tidak akan bisa dilakukan media online.
Dulu, di Indonesia, juga pernah terjadi. Di zaman Orde Baru. Ketika kebebasan pers sangat terkekang. Pers bisa diberedel. Pemerintah sering melarang pembuatan suatu berita. Kadang dengan kedipan mata. Lebih sering lewat telepon.