2019, Garuda Target Raup Laba Rp 1 Triliun, Caranya?
jpnn.com, JAKARTA - Tahun 2019, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pasang target meraup laba (di luar pajak) senilai Rp 1 triliun. Perseroan juga optimistis masih memiliki ruang mencetak laba bersih pada akhir tahun ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, target tersebut akan diakselerasikan melalui sejumlah aksi perseroan dalam mengembangkan segmen bisnis pendukung bersama mitra strategis.
”Pengembangan sektor industri manufaktur ban vulkanisir pesawat pertama di Indonesia yang akan dijajaki bersama anak usaha GMF Aero Asia,” ujarnya, Jumat (21/12).
Kondisi keuangan perseroan memang menunjukkan perbaikan. Hingga akhir kuartal III, maskapai terbesar tanah air tersebut masih mencatat rugi bersih USD 131,72 juta. Lebih kecil 36 persen ketimbang rugi USD 207,49 juta yang dicatat pada periode yang sama tahun lalu.
Namun, pada November 2018, pendapatan maskapai tersebut tumbuh 13,4 persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Pada November 2017, pendapatan operasional Garuda Indonesia USD 205 juta yang kemudian meningkat menjadi USD 232,4 juta.
Pendapatan pada Oktober 2018 juga tumbuh 4 persen, dari USD 201,3 juta pada Oktober 2017 menjadi USD 209,3 juta pada Oktober tahun ini. Sayang, pada periode 11 bulan 2018, pendapatan Garuda merosot sebesar 1 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada periode tersebut, tarif rata-rata memang menurun 0,3 persen.
Saat ini Garuda juga menjajaki pengoperasian pesawat kargo (cargo freighter). ”Itu yang nanti menunjang akselerasi bisnis kargo,” katanya.
Melalui lini usaha kargo udara, perseroan memperkenalkan konsep layanan pusat logistik berikat yang terdiri atas 2 hub kargo nasional di Jakarta. Hub tersebut menjadi pusat berikat distribusi kargo udara dan kargo e-commerce. Sedangkan hub kargo nasional di Denpasar mengelola ekspor dan impor marine product dan transhipment e-commerce.