3 Cara Meningkatkan Produksi ASI
jpnn.com - Payudara tersusun atas kelenjar penghasil ASI (alveoli) beserta salurannya, jaringan lemak, dan pembuluh darah. Bentuk alveoli berupa kantong kecil.
Menurut dr. Sara Elise Wijono, MRes dari KlikDokter, kondisi fisik dan psikis ibu bisa berkontribusi pada turunnya kuantitas produksi ASI. Kelelahan, stres, atau adanya infeksi atau penyakit pada ibu menyusui (misalnya sindrom ovarium polikistik atau PCOS, hipertensi akibat kehamilan, atau diabetes) bisa membuat produksi ASI berkurang.
Kondisi lain yang menyebabkan produksi ASI menurun antara lain konsumsi kafein berlebihan dan kebiasaan merokok, konsumsi obat-obatan tertentu (golongan antihistamin, dekongestan, dan diuretik) atau pil KB yang mengandung estrogen. Selain itu, diet dan hamil saat menyusui, atau riwayat operasi payudara juga rentan mengakibatkan kondisi yang sama.
Untuk mengatasi jika terjadi penurunan tersebut, lakukan langkah-langkah di bawah ini untuk meningkatkan kembali produksi ASI:
1. Teknik skin-to-skin dengan bayi
Kontak langsung dengan bayi (skin-to-skin) dipercaya mampu meningkatkan produksi ASI. Teknik ini bisa membantu meningkatkan ikatan (bonding) antar ibu dan bayi. Pada akhirnya hal ini bisa memicu kinerja hormon oksitosin untuk memproduksi ASI.
“Letakkan bayi di atas dada ibu dengan keadaan bayi telanjang. Biarkan bayi tidur atau bermain di atas dada agar ikatan semakin kuat. Tutupi bayi dengan selimut selama melakukannya agar bayi tidak kedinginan,” ujar dr. Sara.
2. Pastikan teknik menyusui sudah benar
Posisi bayi saat menyusui - latching – yang tepat bisa memengaruhi produksi ASI. Berdasarkan Ikatan Dokter Indonesia, langkah menyusui yang benar adalah:
- Cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir.
- Perah sedikit ASI dan oleskan ke area puting, areola, dan sekitarnya. Hal ini berfungsi untuk menjaga kelembapan puting.
- Ibu menyusui harus duduk dengan nyaman, jangan sampai kaki menggantung.
- Posisikan bayi dengan benar, yaitu:
Bayi dipegang dengan satu lengan. Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
Mulut bayi berada di depan puting ibu. - Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu
- Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus
Tanda jika latching sudah benar antara lain: - Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting, serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
- Dagu menyentuh payudara.
- Mulut terbuka lebar.
- Bibir bawah terputar ke luar.
- Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibandingkan dengan bagian bawah.
- Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu dan bayi terlihat tenang.
- Pipi bayi tidak boleh tampak kempot (karena itu tandanya ia memerah ASI, bukan mengisapnya).
- Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan.
3. Mencukupi asupan nutrisi ibu menyusui
Saat menyusui, kecukupan gizi harian harus diperhatikan. Ini bisa dicapai dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.