34 Persen Pelajar SMA di Jakarta Terindikasi Gangguan Mental Emosional
Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya temuan ini untuk mengkaji dan menganalisis lebih dalam tentang kondisi kesehatan mental remaja di Tanah Air.
"Ini merupakan risiko yang harus dianalisis lebih mendalam, sebab data temuan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan data atau bahkan hipotesis kajian-kajian sebelumnya," kata Dokter Ray di kawasan Han Lekir, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Selain itu, penelitian juga menemukan 10 persen pelajar SMA di Jakarta merasa rentan terhadap masalah kesehatan mental.
Hal ini mencerminkan rendahnya kesadaran diri remaja terhadap kondisi kesehatan mental, meskipun informasi mengenai hal tersebut sudah banyak tersedia.
Menariknya, responden mengungkapkan lebih memilih teman sebaya sebagai tempat berkonsultasi mengenai masalah kesehatan mental dibandingkan guru.
Sekitar 67 persen pelajar SMA di Jakarta tidak ingin mengunjungi ruang bimbingan konseling (BK) untuk mendapatkan bantuan.
Data ini menunjukkan peran teman sebagai konselor sebaya dapat menjadi agen mitigasi kesehatan mental yang efektif di sekolah.
Kendati demikian, Eks Menteri Kesehatan, Prof. Nila Moeloek menegaskan meskipun konsultasi antar teman penting, tetap dibutuhkan bimbingan yang tepat.