48 Santri di Tarakan Jadi Korban Pencabulan Pemuda Penyuka Sesama Jenis
Lebih lanjut Maryam menyampaikan, lima korban yang mengalami trauma berat, kini mendapatkan pendampingan psikologi dari DP3A Kota Tarakan.
"Kelima santri yang dilecehkan berulang kali oleh pelaku, saat ini mengalami trauma berat. Kelimanya kami lakukan pendampingan secara privat. Sedangkan santri yang alami trauma ringan diterapi secara berkelompok," ucapnya.
Maryam meminta kepada orang tua yang anaknya menjadi korban pelecehan seksual, tidak malu untuk melaporkan ke DP3A. Hal itu dilakukan guna pemulihan psikologi korban pelecehan seksual.
"Karena setiap korban harus mendapatkan terapi, agar hal serupa tidak terulang. Karena para pelaku pelecehan seksual kebanyakan dulunya adalah korban," pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Tarakan Utara AKP Kistaya menyampaikan jumlah korban bertambah sesusai DP3A melakukan investigasi. Diduga para korban tidak berani melapor ke polisi karena takut dan sebagian kasus itu terjadi beberapa tahun yang lalu.
"Yang jelas dari kami sejauh ini hanya lima korban saja yang berani melapor," ungkapnya saat dihubungi JPNN.com, Rabu (30/3).
Dari hasil penyidikan, diketahui pemuda diduga penyuka sesama jenis itu melakukan pencabulan terhadap anak laki-laki sejak 2016 silam.
"Pelaku mengaku banyak melakukan pelecehan seksual, pertama kali 2016 lalu. Pelaku sendiri tidak tahu sudah berapa anak yang dicabuli," terangnya.