6 Syarat Khusus Pahlawan Nasional dan Hak Prerogatif Presiden: Perspektif Napoleon Der Bataks
Oleh: Juliaman Saragih – Koordinator Komunitas Masyarakat Simalungun, JakartaDia lebih suka mati berkalang tanah daripada dijajah Belanda. Rondahaim terus mengobarkan semangat berjuang, pantang menyerah dan berusaha supaya peluru Belanda tidak membunuh dirinya. Kepada rakyatnya ditanamkannya semangat sebagai bangsa merdeka dan bermartabat!
Tercatat dalam stenographie Batak oleh Pelopor Kebangunan Simalungun, Pandita Raya J. Wismar Saragih, dirangkum dalam karya tulis Barita ni Toean Rondahaim Saragih na Ginoranan ni Halak Toean Raja Namabadjan, “...Ijai ma mateian bapa sin Raya, mateian Raja na bisang na makkopkop parumani iahapkon bani panading ni Tuan Raya Namabadjan. Seng be dong na so manangisi Tuan Raya Namabadjan sagala na mambotoh tangis (pada saat itulah orang Raya ditinggal mati oleh bapaknya, ditinggal mati oleh Rajanya yang dengan bengisnya melindungi rakyat, demikianlah rasanya sepeninggalnya Tuan Raya Namabadjan. Tak satupun yang tidak meratapi kematian Tuan Raya Namabadjan)”.
Terakhir, penegasan penghormatan negara ini tidak ada kaitan dengan sentimen ataupun diskriminasi kesukuan, tapi menyorong fakta-fakta sejarah perjuangan Rondahaim Saragih dalam kaitan dengan terpenuhinya kriteria, syarat umum dan syarat khusus untuk dapat ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Bukankah Tuan Rondahaim Saragih sangat layak disandingkan dengan dengan 195 pria dan 17 wanita Pahlawan Nasional dari seluruh Indonesia (2023, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pahlawan_nasional_Indonesia), apalagi disandingkan dengan 12 Pahlawan Nasional Non-Simalungun dari Sumatera Utara (Pahlawan Nasional, https://sumutprov.go.id).